
Di Bawah Bayangan Corona, Kebangkitan Ekonomi RI Masih Lama?

Jika mengacu pada data ekonomi dari data asosiasi hingga survei yang dilakukan oleh pemerintah, memang tanda-tanda rebound mulai tampak.
Jika melihat sektor manufaktur yang terdampak terlihat bahwa angka Purchasing Manager's Index (PMI) mengalami perbaikan di bulan Juni, meski masih kontraksi. IHS Markit mencatat angka PMI manufaktur RI bulan lalu berada di 39,1 membaik dari periode sebelunya di angka 28,6.
Sektor ini merupakan penyumbang terbesar PDB RI dengan kontribusi nyaris mencapai 20%. Termasuk ke dalam sektor primer yang menyerap banyak tenaga kerja (labour intensive), perbaikan di sektor manufaktur menjadi kabar yang menggembirakan bagi perekonomian.
Jika dilihat dari kacamata konsumsi, keyakinan konsumen terlihat membaik di bulan Juni. Walaupun masih pesimis terlihat dari angka indeks yang berada di bawah 100. Indonesia merupakan negara dengan populasi yang besar.
Jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 267 juta jiwa membuat konsumsi domestik adalah tulang punggung perekonomian RI dengan kontribusi mencapai lebih dari setengah PDB.
Membaiknya sentimen konsumen juga terlihat dari data penjualan barang tahan lama seperti kendaraan roda empat (mobil). Data GAIKINDO menunjukkan volume penjualan kendaraan roda empat (wholesale) bulan lalu mencapai 7.452 unit, membaik dari bulan Mei yang tercatat hanya 2.165 unit saja.
Dengan begitu kontraksi penjualan kendaraan roda empat di Tanah Air menjadi berkurang, jika sebelumnya pada Mei kontraksi tercatat mencapai -95,8% kini menjadi -78,8% saja.
Relaksasi lockdown di banyak negara juga turut mendongkrak permintaan, sehingga aktivitas perdagangan pun berangsur membaik. Hal ini tercermin dalam kenaikan ekspor dan impor Indonesia pada bulan Juni lalu.
Jika melihat sekilas data-data ini maka memang ada harapan ekonomi akan terangkat di kuartal ketiga. Namun kita tetap tak bisa menutup mata jika pandemi Covid-19 di dalam negeri belum lah berakhir.
(twg/twg)