Mampukah China Bantu RI Hindari Resesi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 July 2020 09:55
Seorang warga bersepeda di sepanjang gang tradisional yang dihiasi bendera nasional China untuk menandai peringatan ke-70 pendirian Republik Rakyat China pada 1 Oktober nanti, di Beijing, Cina (26/9/2019). (REUTERS / Jason Lee)
Foto: Seorang warga bersepeda di sepanjang gang tradisional yang dihiasi bendera nasional China untuk menandai peringatan ke-70 pendirian Republik Rakyat China pada 1 Oktober nanti, di Beijing, Cina (26/9/2019). (REUTERS / Jason Lee)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China resmi bangkit dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Setelah mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) pada kuartal I-2020, Negeri Tirai Bambu berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal berikutnya.

Biro Statistik Nasional China mengumumkan ekonomi China pada periode April-Juni 2020 tumbuh 3,2% year-on-year (YoY), lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan di angka 2,5%. Jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang terkontraksi -6,8% YoY.

China adalah negara tempat pandemi virus corona bermula. China pula yang pertama menerapkan pembatasan sosial distancing dan lockdown untuk membatasi ruang gerak virus tersebut.

Aktivitas masyarakat menjadi sangat terbatas. Bahkan pemerintah China mengontrol dengan ketat mobilitas warga dengan menyiagakan aparat keamanan. Masyarakat benar-benar tidak boleh keluar rumah, kecuali untuk urusan yang penting bin mendesak.

Hasilnya, ekonomi China mengkerut. Kontraksi pada kuartal I-2020 adalah pencapaian terburuk sejak Negeri Panda merilis data pertumbuhan ekonomi pada 1992.

Penerapan sosial distancing dan lockdown secara murni dan konsekuen membuat kasus corona di China berhasil diredam. Hingga kini, jumlah pasien positif corona di China stabil di kisaran 80.000. Bahkan kasus di Indonesia sudah mendekati China.

Dengan penyebaran virus corona yang terkontrol, pemerintah China sekira akhir Maret mulai melonggarkan social distancing dan lockdown. Masyarakat diperkenankan beraktivitas kembali meski tetap harus mematuhi protokol kesehatan.

Roda ekonomi China yang sempat macet pun berputar lagi. Selepas pelonggaran, data ekonomi China terus menunjukkan perbaikan.

Contohnya di bidang perdagangan internasional. Pada Juni, ekspor China tumbuh 0,5% YoY setelah bulan sebelumnya terkontraksi -3,3% YoY. Sedangkan impor naik 2,7% YoY, setelah pada Mei anjlok -16,7%.

Kebangkitan ekonomi China menjadi angin segar bagi dunia. Dengan status sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia dan nomor satu Asia, pulihnya China tentu akan ikut mengerek negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Bagi Indonesia, China adalah negara mitra yang teramat penting. Sepanjang semester I-2020, nilai ekspor non-migas Indonesia ke China adalah US$ 12,83 miliar. China menempati urutan pertama, jarak dengan Amerika Serikat (AS) di peringkat kedua lumayan jauh.

Sementara di sisi investasi, China adalah investor PMA terbesar. Pada kuartal I-2020, nilai PMA dari China mencapai US$ 2,72 miliar.

Kemudian, China juga banyak menyumbang devisa bagi Indonesia dari sisi pariwisata. Pada 2019, jumlah kunjungan wisman berkebangsaan China mencapai 2,07 juta, terbanyak kedua setelah Malaysia.

Kebangkitan ekonomi China diharapkan bisa ikut mendorongrak ekonomi Tanah Air dari tiga sisi itu. Ekspor, investasi, dan pariwisata. Semoga dorongan dari China cukup kuat untuk membuat Indonesia terhindar dari resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular