
Cuma Mengingatkan: Kasus Corona China 83.611, RI 80.094

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih terjadi. Bahkan jumlah kasus corona di Tanah Air sudah semakin mendekati China.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 15 Juli 2020 adalah 80.094 orang. Bertambah 1.522 orang (1.94%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah pasien corona terbanyak di ASEAN. Singapura yang awalnya menempati peringkat teratas sepertinya berhasil mengendalikan kasus corona sehingga jumlah pasien positif corona belum sampai tembus 50,000 orang.
Di level global, Worldometer mencatat Indonesia menjadi negara dengan kasus corona terbanyak ke-26 dunia. Berselisih satu setrip di bawah China, yang merupakan negara tempat virus corona bermula.
Per 15 Juli, jumlah pasien positif corona di Negeri Tirai Bambu adalah 83.611 orang. Tidak bertambah dibandingkan hari sebelumnya.
Ya, laju kasus corona di China memang sangat stabil. Dalam 14 hari terakhir, laju pertumbuhan kasus baru di China adalah 0,01% per hari. Sementara di Indonesia adalah 2,31% per hari.
Mengasumsikan laju pertumbuhan kasus corona China adalah 0,01% dan Indonesia 2,31% seperti dalam 14 hari terakhir, maka pada 17 Juli alias besok kasus jumlah pasien positif corona sudah melampaui China. Dengan asumsi tersebut, jumlah pasien positif corona di China adalah 83.628 orang sementara di Indonesia 83.837 orang.
Apa yang membuat kasus corona di Ibu Pertiwi melonjak akhir-akhir ini? Setidaknya ada dua alasan.
Pertama adalah tes corona yang semakin masif. Saat ini total jumlah tes corona yang sudah dilakukan adalah terhadap 1.22.339 spesimen. Dalam hal ini, Indonesia juga menjadi yang terbanyak di ASEAN.
Semakin banyak tes, maka akan semakin banyak kasus yang semula terpendam jadi muncul ke permukaan. Ini adalah hal positif, karena kemudian pasien positif corona bisa segera mendapat penanganan (di rumah sakit maupun karantina mandiri jika tanpa gejala) sehingga menekan risiko penularan lebih lanjut.
Alasan kedua, sepertinya virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini lebih cepat menyebar seiring peningkatan kontak dan interaksi antar-manusia. Maklum, sejak bulan lalu pemerintah mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan menuju fase hidup normal baru alias new normal.
Hidup normal baru tidak sama dengan yang dulu, berbagai protokol kesehatan ikut menyertai karena virus corona masih bergentayangan, belum ada vaksin atau obatnya. Salah satu protokol itu adalah menjaga jarak, minimal 1-2 meter.
Nah, naga-naganya masyarakat kurang mengamalkan protokol yang satu ini. Untuk mengukur kepatuhan masyarakat dalam menerapkan pembatasan sosial (social distancing), Citi merilis Social Distancing Index yang diperbarui seminggu sekali.
Ketika angka Social Distancing Index semakin menjauhi nol, maka masyarakat semakin berjarak alias taat pembatasan sosial. Namun jika kian dekat dengan nol, masyarakat semakin dekat dan akrab, yang berarti kurang disiplin dalam menjaga jarak.
Pada 10 Juli, skor Social Distancing Index Indonesia adalah -18 sementara sepekan sebelumnya ada di -20. Sebulan yang lalu, skor Indonesia masih di -26. Jadi, warga 62 memang kian lama kian dekat dan kurang patuh menjaga jarak sehingga risiko penyebaran virus corona meningkat.
Berdasarkan lokasi, terlihat bahwa jumlah orang yang datang semakin banyak. Di tempat kerja, misalnya, per 10 Juli jumlah orang yang hadir adalah 20% di bawah kondisi normal. Pada 14 April, angkanya adalah 36% di bawah normal.
Namun yang paling mencolok adalah di tempat belanja kebutuhan sehari-hari (groceries) dan rumah obat. Pada 14 April, jumlah orang yang datang masih 21% di bawah hari biasa dan pada 10 Juli tinggal 2% dari kondisi normal. Di tempat ini, situasi sudah hampir kembali seperti old normal.
![]() |
Mengingat menjaga jarak adalah salah satu kunci penting dalam mempersempit ruang gerak virus corona, maka ada baiknya seluruh masyarakat Indonesia mematuhinya. Sebelum ada vaksin atau obat buat mengenyahkan virus ini, kita memang harus berdamai dengan keadaan. Mungkin membuat tidak nyaman, tetapi mau bagaimana lagi...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Sampai Ikut Pelototi Corona Jakarta! Parah Ya?