
Tiba-tiba Putin Didemo Ribuan Warga Rusia, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perubahan konstitusi yang berpotensi menjadikan Presiden Rusia Vladimir Putin memperpanjang kekuasaan menimbulkan polemik. Sebelumnya, Rusia memang tengah dalam pemungutan suara guna menentukan apakah Putin bisa berkuasa kembali hingga dua dasawarsa atau sampai tahun 2036.
Dua minggu setelah pemungutan suara itu, warga Rusia di provinsi timur Khabarovsk melakukan unjuk rasa. Mereka tak terima jika Putin memperpanjang kekuasaannya di Rusia.
Para pengunjuk rasa turun ke jalan sejak penangkapan Sergei Furgal, gubernur populer di provinsi Khabarovsk itu pada 10 Juli. Sehari setelahnya, pada Sabtu (11/7/2020) protes terjadi dan melibatkan puluhan ribu warga.
Ini merupakan unjuk rasa politik terbesar yang pernah terjadi di Rusia. Beberapa pemrotes, sebagaimana dikutip dari media Jerman Deutsche Welle, terdengar berteriak "Putin harus pergi!" dan "Putin adalah pencuri!"
Provinsi Khabarovsk sendiri terletak di dekat perbatasan Rusia dengan China. Warga biasanya menggantungkan ekonomi mereka dari hasil kehutanan dan perikanan.
Wilayah ini tidak benar-benar dikenal sebagai benteng oposisi. Meski begitu, muncul sensasi politik kecil di provinsi Khabarovsk ketika gubernur dari partai Rusia Bersatu milik Putin dikeluarkan dari jabatannya pada musim gugur 2018.
Posisi tersebut digantikan oleh Furgal yang kemudian dituduh penyelidik bahwa ia memerintahkan pembunuhan dua pengusaha sekitar 15 tahun yang lalu, namun Furgal membantah tuduhan itu.
Furgal yang kini berusia 50 tahun adalah anggota Partai Demokrat Liberal Rusia yang nasionalis, yang mengendalikan pemerintah di tujuh provinsi timur. Sebagai gubernur, Furgal merupakan sosok pemimpin ramah yang memotong birokrasi dan menerapkan kebijakan sosial.
Seorang pengusaha berusia 29 tahun bernama Ruslan Ibragimov mengatakan lembaga pemerintah bekerja lebih efisien di bawah Furgal. "Ia sukses menurunkan harga tiket pesawat dan memastikan sekolah menyediakan makanan yang lebih baik," kata Ibragimov.
Namun Kremlin merasa kemenangan Furgal pada 2018 sulit diterima. Hanya beberapa bulan kemudian, Putin memutuskan untuk memindahkan ibu kota provinsi dari Khabarovsk ke Vladivostok.
"Langkah itu menyakitkan, tetapi orang-orang menerimanya," kata Ibragimov, menambahkan jika warga tidak akan mentolerir penangkapan Furgal.
Banyak warga yang curiga bahwa penangkapan Furgal adalah tindakan balas dendam. Ditambah lebih dari sepertiga dari 1,3 juta penduduk provinsi itu menentang reformasi konstitusi Putin.
Ini berbeda dengan di keseluruhan Rusia. Di mana rata-rata, hanya 21% yang menentang perubahan.
Fabian Burkhardt, dari Institut Leibniz untuk Studi Eropa Timur dan Tenggara, mengatakan mungkin ada alasan berbeda untuk penolakan Putin terhadap Furgal.
"Saya pikir alasannya adalah bahwa partai LDPR Furgal mendominasi parlemen regional dan dewan kota," kata Burkhardt. Dia percaya ini telah menjadi duri di pihak Kremlin dan sekarang "mencoba untuk mencabut sistem LDPR demi kembali mendapatkan kendali."
Sejauh ini, Kremlin telah menahan diri dari menindak protes. Analis Nikolay Petrov, yang berbasis di Moskow, terkejut bahwa Kremlin tidak bertindak.
Dia mengatakan para pejabat Kremlin telah salah menilai wilayah itu dan menyatakan jika langkah terhadap Furgal terlalu jauh. "Kremlin tidak bisa bermanuver keluar dari situasi ini. Tidak ada jalan keluar tanpa kerusakan lebih lanjut," tukas Petrov.
Putin sendiri merupakan presiden Rusia ke-2 dan ke-4. Sebelum menduduki kursi kepresidenan, Putin sempat menjadi Perdana Menteri (PM) dari 1999- 2000, kemudian menjadi Presiden dari 2000 hingga 2008, dan sejak 2008 hingga 2012, ia kembali menjabat sebagai PM.
Pada masa jabatan keduanya sebagai PM, Putin menjadi ketua partai pemerintah, yakni Partai Rusia Bersatu. Jika dihitung dengan jabatan pertamanya sebagai presiden, suami Lyudmila Aleksandrovna ini sudah berkuasa di Rusia selama 16 tahun.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Ubah Konstitusi Rusia, Berkuasa hingga 2036?