Ooo, Jadi Ini yang Bikin Kasus Corona RI Tembus Rekor Lagi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 July 2020 07:25
Melihat Pernikahan Difabel Memakai Protokol Kesehatan (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Melihat Pernikahan Difabel Memakai Protokol Kesehatan (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Kemungkinan kedua, masyarakat Indonesia memang tidak disiplin dalam menjaga jarak. Padahal menjaga jarak adalah salah satu kunci untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus corona, selain rajin memakai masker dan mencuci tangan.

"Jelas bahwa proses penularan di luar masih terjadi, ini menandakan masih ada pasien yang positif berada di tengah masyarakat dan tidak mampu menjaga orang lain supaya tidak tertular. Masih banyak masyarakat yang rentan tertular karena tidak patuh pada protokol kesehatan.

"Banyak yang menggunakan masker, tetapi dengan benar belum dilakukan. Hanya menutup mulut, ini yang paling banyak. Tidak rajin cuci tangan dan tidak menjaga jarak juga menjadi masalah utama," sambung Yurianto.

Untuk melihat kepatuhan masyarakat dalam menjaga jarak, indikator yang bisa dirujuk adalah Social Distancing Index yang disusun oleh Citi. Semakin menjauhi nol berarti masyarakat di suatu negara kian berjarak, taat social distancing. Sebaliknya jika semakin dekat dengan nol maka masyarakat semakin dekat dan erat, sesuatu yang bisa meningkatkan risiko penyebaran virus corona.

Pada 3 Juli, skor Social Disctancing Index Indonesia ada di -20 sementara sepekan sebelumnya adalah -22. Angkanya semakin dekat dengan nol, berarti warga +62 semakin ikrib.

Kalau masyarakat kian tidak tertib menjaga jarak sehingga kasus corona melonjak, maka dikhawatirkan pemerintah akan kembali mengetatkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dalam kasus ekstrem, bisa saja masyarakat kembali harus #dirumahaja sehingga ekonomi lagi-lagi mati suri.

Tentu sangat disayangkan, karena sudah banyak tanda bahwa perekonomian Tanah Air mulai pulih. Sinyal terbaru ditunjukkan dari data penjualan ritel.

Pada Mei 2020, penjualan ritel yang dicerminkan di Indeks Penjualan Riil (IPR) berada di 198,3. Ambles 20,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Ini menjadi pencapaian terendah sejak 2008.

Kemudian pada Juni 2020, IPR diperkirakan sebesar 199,9. Masih turun 14,4% secara YoY.

Kalau melihat angka-angka itu, maka ekonomi Indonesia sepertinya suram. Namun kalau disawang-sawang lagi, ternyata ada kabar baiknya.

Secara bulanan (month-to-month/MtM), penjualan ritel terpantau mengalami peningkatan. Pada Mei 2020, IPR berada di 190,7, terendah sejak 2016. Namun pada Mei dan Juni angkanya meningkat. Ini menandakan bahwa terjadi kenaikan aktivitas penjualan ritel setelah mencapai titik nadir pada 2016.

Ini semakin memberi konfirmasi bahwa ekonomi Indonesia sedang bergeliat menuju kebangkitan. Penyebabnya adalah 'keran' aktivitas masyarakat yang berangsur-angsur mulai dibuka kembali.

Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjaga diri dan orang-orang di sekitar dengan mematuhi protokol kesehatan. Dengan begitu, diharapkan lonjakan kasus corona bisa diredam dan pemerintah tidak perlu mengetatkan PSBB sehingga roda ekonomi melaju kencang lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular