
Jika Shell Mundur, Bagaimana Nasib Gas Abadi Blok Masela?

Jakarta, CNBC Indonesia - Royal Dutch Shell Plc (Shell) dikabarkan bakal mundur dari proyek gas abadi Blok Masela di Maluku. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan meski tanpa Shell proyek ini harus tetap berlanjut.
Lalu apa dampaknya jika Shell benar-benar mundur dari Blok Masela?
Pengamat minyak dan gas dari Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto mengatakan jika Shell mundur akan semakin tidak mudah untuk bisa mengembangkan Blok Masela. Menurutnya faktor partner ini akan semakin menambah kompleksitas permasalahan yang sudah ada sebelumnya.
"Yaitu di mana kepastian tentang siapa pembeli gas dari hasil produksi Blok Masela ini juga belum jelas," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa, (07/07/2020).
Di sisi lain kondisi pasar liquefied natural gas (LNG) global dalam 5 tahun ke depan juga sedang dalam kondisi kelebihan pasokan dengan harga yang rendah, sehingga biaya dan keekonomian pengembangan Blok Masela nantinya belum tentu masih akan kompetitif untuk mengembangkan lapangan yang ada.
"Situasi pasar LNG yang oversupply dan harga rendah, perhitungan keekonomiannya tentu akan terpengaruh dengan dinamika pasar LNG yang seperti itu. Akan makin berat untuk dapat kompetitif dari sisi biaya dan keekonomian," jelasnya.
SKK Migas memproyeksikan Blok Masela untuk onstream (siap produksi) pada tahun 2027 mendatang. Pri Agung mengatakan target tahun 2027 akan tergantung apakah sudah ada kepastian jual beli gasnya atau belum. Menurutnya perlu antisipasi lebih responsif dari semua pihak untuk mencari alternatif serapan pasar domestik.
"Di situ korelasinya. Semakin sulit mencari market, semakin tinggi ketidakpastian terkait proyek tersebut," jelasnya.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan Shell saat ini belum memutuskan mundur. Akan tetapi saat ini ia sedang mencari partner baru lainnya untuk proses pengalihan hak partisipasi atau participating interest.
"Shell belum memutuskan mundur tetapi sedang mencari partner lainnya untuk proses pengalihan participating intertest-nya, meminta izin BKPM untuk membuka data room. Selanjutnya ya proses diskusi," ungkapnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin, (6/07/2020).
Setelah itu, proses selanjutnya adalah diskusi atau negosiasi Business-to-business (B to B) oleh para pihak. Ia menyebut Inpex juga tertarik untuk mengambil alih dan berkomitmen untuk terus menjalankan Proyek Masela.
"Proyek jalan terus kalaupun nanti Shell mundur kan ada yang ganti juga. The show must go on," tegasnya.
Sebagai informasi, Shell punya hak partisipasi di Blok Masela sebesar 35% dan 65% oleh Inpex Corporation.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Jepang Buka Suara Soal Blok Gas Raksasa Masela RI
