Di ASEAN, Kasus Positif Corona Paling Gampang Ditemukan di RI

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 June 2020 06:40
Rapid Test  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Rapid Test (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih dalam taraf mengkhawatirkan. Semakin banyak kasus positif yang ditemukan di masyarakat, pertanda bahwa 'perang' melawan virus corona masih jauh dari tuntas.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 29 Juni adalah 55.092 orang. Bertambah 1.082 orang (2%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam tujuh hari terakhir, kasus corona di Tanah Air bertambah lebih dari 1.000 per hari. Sejak 9 Juni, hanya empat hari penambahan kasus di bawah 1.000.

Akibatnya, laju pertumbuhan kasus corona belum bisa diturunkan ke bawah 2% sejak 1 Juni. Ini membuat kurva kasus corona belum melandai, bentuknya masih melengkung ke atas.

Salah satu penyebab lonjakan kasus corona pada bulan ini adalah tes yang semakin gencar. Jumlah tes yang sudah dilakukan di Indonesia adalah terhadap 782.383 spesimen. Angka ini menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN.

Akan tetapi, ada hal lain yang patut menjadi perhatian. Tingkat ketertemuan kasus positif (positive rate) corona di Indonesia lumayan mencemaskan.

Per 29 Juni, dari 782.383 spesimen yang diuji ditemukan kasus positif sebanyak 55.092 orang. Artinya dari sekitar 14 spesimen terdapat satu kasus positif.

Bandingkan dengan Singapura. Per 29 Juni, total spesimen yang sudah diuji adalah 649.150 dengan kasus positif 43.661. Positive rate-nya ada di sekitar 16, berarti dari 16 spesimen ditemui satu kasus positif. Lebih mudah menemukan pasien positif corona di Indonesia ketimbang di Negeri Singa.

Apabila situasi terus memburuk, konsekuensinya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah dilonggarkan bakal ketat lagi. Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan siap untuk kembali mengetatkan pembatasan sosial (social distancing) jika kasus corona melonjak.

"Perlu saya ingatkan jika dalam perkembangan ditemukan kenaikan kasus baru, maka langsung akan kita lakukan pengetatan atau penutupan kembali," tegas Jokowi.

Kalau sampai ini terjadi, maka kecemasannya bukan aspek kesehatan dan kemanusiaan tetapi juga ekonomi. Pada kuartal II-2020, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut ekonomi Indonesia bisa mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) -3,1% karena PSBB berlaku hampir satu triwulan penuh.

Ketika aktivitas masyarakat kembali dibatasi, maka roda perekonomian bakal seret. Kontraksi ekonomi bisa berlanjut ke kuartal III-2020 sehingga Indonesia bakal masuk ke jurang resesi.

Resesi adalah mimpi buruk, karena mencerminkan ukuran ekonomi yang menyusut. Artinya, semakin banyak orang kehilangan mata pencarian sehingga angka pengangguran dan kemiskinan bertambah.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penganggur per Februari 2020 adalah 6,88 juta atau 4,99%. Ini adalah yang terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Namun gara-gara ekonomi yang mati segan hidup tak mau, angka pengangguran terancam naik. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan tingkat pengangguran pada 2020 bisa naik ke kisaran 7,8-8,5%.

Ketika angka pengangguran naik otomatis angka kemiskinan juga ikut terdongkrak. Jumlah penduduk miskin pada September 2019 adalah 24,79 juta orang atau 9,22%. Turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 25,67 juta orang (9,66%) dan juga menjadi yang terendah sepanjang sejarah.Namun dalam kajian Bappenas, tingkat kemiskinan tahun ini bisa melonjak ke kisaran 9,7-10,2%.

Oleh karena itu, jangan sampai Indonesia mengalami resesi. Kuncinya tidak sulit, kita semua harus disiplin menjalankan protokol kesehatan. Disiplin menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan bisa meredam lonjakan kasus corona yang berujung kepada resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Sampai Ikut Pelototi Corona Jakarta! Parah Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular