Jokowi Lagi dan Lagi Sebut RI Krisis Ekonomi, Faktanya?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
30 June 2020 12:40
Thamrin City
Foto: Thamrin City (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Ekonomi dan rantai pasok yang dibangun oleh mobilitas menjadi mati suri karena pergerakan orang, barang dan modal ikut terhambat akibat PSBB. Mobilitas barang yang tersendat membuat volume perdagangan global terkontraksi. 

Hal ini berpengaruh terhadap kegiatan ekspor dan impor Indonesia. Kegiatan perdagangan luar negeri Indonesia akhirnya terganggu seperti yang tercermin dari anjloknya ekspor dan impor pada April dan Mei lalu. Pelemahan permintaan dan anjloknya harga komoditas jadi pemicu utamanya. 

Impor barang modal RI menjadi terganggu. Pabrik yang dipaksa tutup atau beroperasi dengan kapasitas rendah tak hanya membuat sektor manufaktur RI mengalami kontraksi tetapi juga mengalami penurunan permintaan tenaga kerja. 

Angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur RI anjlok signifikan sejak Maret mengalami kontraksi. Kontraksi makin dalam pada April dan membaik pada Mei. Namun tetap saja kontraksinya sangat signifikan. Jumlah karyawan yang dirumahkan dan terkena PHK menurut Kadin sudah mencapai 6 juta orang.

Pengangguran yang melonjak tinggi membuat optimisme konsumen tergerus. Bank Indonesia (BI) mencatat indeks keyakinan konsumen (IKK) jatuh ke bawah angka 100 yang artinya konsumen pesimis dalam memandang perekonomian. 

Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pendapatan 4 dari 10 orang Indonesia ikut terdampak pandemi. Pendapatan yang menurun akibat tingginya melonjaknya angka PHK dan pengangguran menyebabkan daya beli tergerus. 

Daya beli yang rendah membuat penjualan ritel dan barang tahan lama (durable goods) seperti kendaraan bermotor anjlok signifikan. Bahkan penjualan mobil tercatat mengalami kontraksi yang sangat dalam lebih dalam daripada saat krisis moneter 22 tahun silam.

Lemahnya daya beli masyarakat juga tercermin dari laju inflasi yang melambat. Bulan April dan Mei yang merupakan momen untuk mendongkrak konsumsi melalui puasa Ramadan dan hari raya Idul Fitri tak mampu mengerek inflasi. Bahkan mirisnya, BI memperkirakan inflasi bulan Juni bakal negatif alias terjadi deflasi. 

Pandemi Covid-19 membuat pemerintah berbagai negara memutuskan untuk melarang bepergian ke luar negeri, termasuk Indonesia. Alhasil jumlah kunjungan wisatawan mancanegara anjlok signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Sektor pariwisata, perhotelan, maskapai, transportasi hingga restoran menjadi industri yang terdampak paling awal dari pandemi ini. 

Ini baru indikator dari sektor riil. Sementara apabila dilihat dari kacamata industri keuangan, bank-bank RI menghadapi risiko ketatnya likuiditas serta kenaikan kredit macet (NPL) yang membuat regulator (OJK) mengeluarkan kebijakan dan stimulus untuk relaksasi kredit dan otoritas moneter (BI) melonggarkan Giro Wajib Minum (GWM) untuk memompa likuiditas perbankan. 

Terlepas dari definisi pasti tentang krisis ekonomi, sinyal bahwa ekonomi RI berada dalam bahaya memang tampak sangat jelas. Alarm mulai menyala merah.

(twg/twg)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular