
Apa Kata Trump soal Rusia Upah Taliban Buru Tentara AS?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan respons terkait laporan intelijen yang menyebutkan Rusia memberi Taliban hadiah untuk membunuh pasukan AS di Afganistan. Laporan itu sebelumnya menyeret Trump, karena menuliskan bahwa presiden ke -45 itu tahu persoalan ini tapi tak melakukan apapun.
Melalui sejumlah postingan di Twitter, Trump mengatakan belum ada bukti, yang bisa membuktikan laporan intelijen itu. Sehingga, kata Trump, laporan itu mungkin palsu.
"Tidak ada yang memberi pengarahan atau memberi tahu saya, @VP Pence (Wakil Presiden Mike Pence), atau Kepala Staf @MarkMeadows tentang apa yang disebut serangan terhadap pasukan kami di Afghanistan oleh Rusia, seperti yang dilaporkan oleh Berita Palsu @nytimes dengan mengutip "sumber anonim". Semua orang menyangkalnya & tidak ada banyak serangan pada kami..." tulisnya dalam akun Twitter @realDonaldTrump.
"...Tidak ada yang lebih keras pada Rusia daripada Pemerintahan Trump. Dengan Corrupt Joe Biden & Obama, Rusia memiliki hari yang lapang, mengambil alih bagian-bagian penting Ukraina - Di mana Hunter [Biden]? Mungkin hanya Times palsu lain yang berhasil, seperti halnya tipuan Rusia yang gagal. Siapa "sumber" mereka?" tulisnya lagi.
Sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany juga telah menyatakan hal senada. Sebagaimana dilaporkan CNN International, McEnany mengatakan Trump dan Wakil Presiden Mike Pence tidak diberi pengarahan tentang dugaan penyuapan oleh intelijen Rusia.
Sebelumnya, dalam laporan The New York Times, perwira intelijen Rusia untuk intelijen militer GRU disebut menawarkan uang kepada militan Taliban di Afghanistan sebagai hadiah jika mereka membunuh tentara AS atau Inggris di sana. Media itu mengutip pernyataan seorang pejabat intelijen Eropa.
Intelijen AS menyimpulkan bahwa intelijen militer Rusia menawarkan hadiah itu, di tengah pembicaraan damai antara AS dan Taliban. Trump juga sudah diberi tahu tentang temuan ini.
Dalam komentar kepada CNN International, pejabat intelijen Eropa mengatakan tidak mengetahui dengan jelas mengenai motivasi Rusia atas upaya suap itu. Tetapi mengatakan insentif itu menyebabkan korban di koalisi.
Sayangnya, pejabat itu tidak merinci tanggal kejadian, jumlah atau kebangsaan mereka, atau apakah ini korban jiwa atau cedera.
Sementara itu, Ketua DPR Nancy Pelosi dalam sebuah wawancara dengan ABC, menuduh bahwa Trump mungkin ingin mengabaikan tuduhan terhadap Rusia. Namun ia juga mengatakan tidak tahu apakah Trump diberi tahu tentang laporan itu atau tidak.
(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Skandal Rusia Bayar Taliban Buru Tentara AS & Trump
