Internasional

Heboh Skandal Rusia Bayar Taliban Buru Tentara AS & Trump

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
29 June 2020 09:52
FILE - In this Saturday, April 4, 2020 file photo, an Afghan National Army soldier stands guard at a checkpoint to enforce a curfew for the the fight against the coronavirus, on the Jalalabad-Kabul highway, in the Laghman province, east of Kabul, Afghanistan. (AP Photo/Rahmat Gul, File)
Foto: Tentara Militer hadapi virus Corona (AP/Rahmat Gul)

Jakarta, CNBC IndonesiaRusia membantah laporan bahwa pihaknya menawarkan hadiah kepada militan yang terafiliasi dengan Taliban untuk membunuh pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan. Kedutaan Rusia di AS mengatakan klaim itu telah menyebabkan ancaman bagi para diplomat.

Mereka bahkan menyebut berbagai media yang melaporkan kabar itu mempromosikan berita palsu.

Penyangkalan itu disampaikan Rusia setelah sebelumnya berbagai laporan menyebutkan bahwa unit intelijen militer Rusia telah menawarkan hadiah pada militan yang terafiliasi dengan Taliban tahun lalu.

Laporan tersebut diberitakan oleh The New York Times, Washington Post dan Wall Street Journal, mengutip para pejabat AS, sebagaimana disampaikan BBC, Senin (29/6/2020).

"@MFA_Russia: Kami telah memperhatikan sejumlah berita palsu lainnya, diluncurkan di ruang media oleh komunitas intelijen #AS ... yang telah gagal total dalam perang 20 tahun di #Afghanistan," tulis Kedutaan Rusia di AS dalam serangkaian postingan di Twitter.

Laporan itu sendiri muncul ketika AS berupaya untuk merundingkan perjanjian damai untuk mengakhiri perang di Afghanistan yang sudah berlangsung selama 19 tahun.

Sebelumnya para pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan, beberapa bulan yang lalu badan-badan intelijen AS telah menyimpulkan bahwa satu unit badan intelijen militer GRU Rusia telah berusaha untuk mengacaukan musuh-musuhnya dengan secara diam-diam. Dan, menawarkan hadiah untuk melakukan serangan terhadap pasukan koalisi.

"Militan Islam, atau unsur-unsur kriminal bersenjata yang terkait erat dengan mereka, diyakini telah menerima sejumlah uang," kata surat kabar New York Times.

Times juga mengabarkan bahwa dua puluh tentara Amerika tewas di Afghanistan pada 2019. Namun New York Times tidak mengatakan secara jelas rincian soal kejadian itu.

Sementara itu, menurut Times, Presiden Donald Trump sebenarnya tahu tentang laporan itu pada bulan Maret. Namun pada Minggu, Trump membantah telah diberi soal hal itu.

Trump menulis di Twitter, mengatakan bahwa baik dia maupun wakil presiden Mike Pence tidak diberitahu tentang serangan terhadap pasukan AS di Afghanistan oleh Rusia itu.

"Tidak ada yang memberi pengarahan atau memberi tahu saya, @VP Pence, atau Kepala Staf @MarkMeadows tentang apa yang disebut serangan terhadap pasukan kami di Afghanistan oleh Rusia, seperti yang dilaporkan oleh Berita Palsu @nytimes dengan mengutip "sumber anonim". Semua orang menyangkalnya & tidak ada banyak serangan pada kami...," tulisnya.

"...Tidak ada yang lebih keras pada Rusia daripada Pemerintahan Trump. Dengan Corrupt Joe Biden & Obama, Rusia memiliki hari yang lapang, mengambil alih bagian-bagian penting Ukraina - Di mana Hunter [Biden]? Mungkin hanya Times palsu lain yang berhasil, seperti halnya tipuan Rusia yang gagal. Siapa "sumber" mereka?," cuit-nya lagi.

Di sisi lain, Taliban juga telah membantah melakukan kesepakatan dengan intelijen Rusia. Seorang juru bicara Taliban menyebut tuduhan itu tidak berdasar.

"Pembunuhan dan pembasmian target kami telah berlangsung di tahun-tahun sebelumnya, dan kami melakukannya atas sumber daya kami sendiri," kata Zabihullah Mujahid kepada media AS itu.

Dia menambahkan bahwa Taliban telah berhenti menyerang pasukan AS dan NATO setelah mereka sepakat pada Februari untuk penarikan pasukan secara bertahap dan untuk mencabut sanksi. Sebagai imbalannya, Taliban mengatakan mereka tidak akan membiarkan kelompok-kelompok ekstremis beroperasi di daerah-daerah yang mereka kendalikan.


(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Taliban Wajibkan Perempuan Afghanistan Pakai Cadar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular