Duh Gawat, Potensi Resesi di Indonesia Besar Banget!

Lidya Julita S & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
25 June 2020 14:36
Suasana pemukiman padat penduduk di Kawasan Jakarta, Rabu (26/2/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana pemukiman padat penduduk di Kawasan Jakarta, Rabu (26/2/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan ekonominya pada Rabu (24/6/2020). Bahkan outlook dengan judul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery ini membuat ramalan yang makin buruk soal ekonomi global.

Ekonomi diproyeksi akan -4,9%. Angka ini lebih rendah 1,9 poin persentase dibanding outlook IMF pada April 2020, yakni -3%.

Di Asia India diproyeksikan -4,5% dan ASEAN-5 -2%. Khusus RI, ekonomi hingga 2020 diprediksi -0,3% dan akan rebound 6,1% di 2021.
 Nah Resesi berpotensi besar terjadi di Indonesia di 2020 ini.

Ekonom CORE Piter Abdullah mengatakan resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi negatif selama dua triwulan berturut-turut.

"Triwulan II sudah bisa dipastikan pertumbuhan ekonomi kita akan negatif. Demikian juga dengan triwulan III. Meskipun membaik tapi berpotensi negatif. Jadi dua triwulan kita akan mengalami pertumbuhan negatif atau Kita mengalami resesi," paparnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Ia memproyeksikan pada triwulan II-2020 pertumbuhan ekonomi akan ada di range -2% sampai -5%. Sementara di triwulan III-2020 antara -2% sampai 0%.

Piter mengatakan, stimulus dan pelonggaran ekonomi atau new normal merupakan solusi konkrit. Hal ini memberi nafas agar dunia usaha bisa bertahan di tengah wabah.

"Demikian juga dengan pelonggaran ketentuan restrukturisasi kredit oleh OJK serta pelonggaran moneter oleh BI."

Namun perlu dicatat stimulus itu bukan untuk mencegah resesi, tapi menahan agar tidak terjadi krisis. "Resesi sudah di ambang mata. Stimulus adalah kebijakan konkret, tapi perlu lebih konkret lagi dengan realisasi yang cepat. Sekarang realisasinya lambat," kata Piter.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira juga berpendapat yang sama. Menurutnya Indonesia sudah tidak bisa terhindar dari resesi di tahun ini. Bahkan, Indonesia di nilai sudah di ambang krisis.

"Indonesia masuk dalam fase krisis dimana pertumbuhannya minus. Ini sudah krisis," jelasnya.

Ia pun memastikan, pertumbuhan ekonomi di kuartal II sudah pasti negatif di kisaran -5% hingga -7%. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III -4%.

Vice President Economist Bank Permata, Josua Pardede juga sependapat bahwa perekonomian kuartal II menjadi yang paling tertekan. Apalagi pada kuartal ini diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat kegiatan perekonomian lumpuh.

Di kuartal II sudah pasti anjlok terlihat juga dari banyak PHK yang dilakukan oleh hampir semua lapisan sektor usaha. Ini menandakan semua sektor usaha mengalami pukulan berat.

"Dari sisi sektornya dan levelnya, umkm, mikro, dan koperasi juga mengalami hal yang sama. Semuanya tidak dapat beroperasi secara normal dan harus mengurangi tenaga kerja dan di kuartal II dampak pengurangan pekerja dan sampai PHK dan daya beli masyarakat menurun signifikan," jelasnya.

Dengan hilangnya pendapatan masyarakat, maka daya beli juga akan turun signifikan dan diperkirakan akan terkontraksi hingga minus 4%. Dengan demikian maka pertumbuhan ekonomi di kuartal II akan minus 3%-minus 4%.

Sementara itu, untuk kuartal III akan lebih baik dari kuartal II meski masih tumbuh negatif. Dimana pada kuartal II, pembatasan sosial mulai dilonggarkan dan berlakunya era new normal sehingga perekonomian bisa sedikit berjalan.

"Kontraksi di kuartal III mungkin bisa berkurang dengan posisi negatif 2%," kata Josua.

Untuk sepanjang tahun ini, ia memperkirakan perekonomian akan berada di kisaran negatif 1% hingga 0,5%. Pertumbuhan positif bisa dicapai dengan syarat penyerapan belanja yang telah digelontorkan pemerintah bisa diserap dengan cepat.

"Kalau penyerapan belanja bisa lebih cepat, bisa full year nya positif. Tapi kalau penyerapan belum optimal, kita perlu antisipasi dan pertumbuhan full year negatif," tutupnya.


(dru/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hasil Inspeksi IMF: Indonesia Bangkit!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular