
RI Bisa Resesi, Populasi Penduduk Miskin Bakal Naik!

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi menggambarkan ukuran ekonomi yang menciut, mengkerut, berkurang. Oleh karena itu, resesi biasanya ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk miskin.
Gara-gara pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), yang merupakan tragedi kesehatan dan kemanusiaan, aspek ekonomi ikut berantakan. Masalahnya, penanganan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini adalah dengan 'mengunci' aktivitas masyarakat dengan pembatasan sosial (social distancing).
Untuk menekan angka penyebaran, ada kalanya orang-orang diminta (bahkan diperintahkan) untuk #dirumahaja. Bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Sebab, virus akan sangat mudah menular seiring peningkatan interaksi dan kontak antar-manusia. Di Indonesia, kebijakan ini tertuang dalam aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Social distancing punya tujuan mulia yaitu menyelamatkan nyawa jutaan manusia. Namun kalau aktivitas masyarakat sangat dibatasi, maka sama saja dengan menghentikan roda perekonomian.
Akibatnya, banyak negara yang mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) ekonomi pada kuartal I-2020. Mau negara maju sampai negara berkembang, banyak yang terkontraksi.
Social distancing masih begitu ketat sampai kuartal II-2020, baru agak dilonggarkan jelang akhir kuartal. Namun bukan berarti aktivitas masyarakat bisa kembali seperti dulu, masih banyak aturan yang harus dipatuhi demi mencegah penularan lebih lanjut. Misalnya, restoran, mal, dan lokasi wisata hanya boleh menerima pengunjung paling banyak 50% dari kapasitas. Sekolah juga masih diliburkan sampai situasi benar-benar aman. Ekonomi mungkin sudah bisa bangkit, tetapi mustahil berlari kencang.
Oleh karena itu, kontraksi kemungkinan besar masih akan terjadi pada kuartal II-2020. Ketika kontraksi ekonomi terjadi dua kuartal beruntun pada tahun yang sama, itu namanya resesi.