Rare Earth, Harta Karun RI yang Bakal Jadi Sumber Cuan!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
24 June 2020 09:17
Rare Earth Mineral, Senjata China Hadapi AS (CNBC Indonesia TV)
Foto: Rare Earth Mineral, Senjata China Hadapi AS (CNBC Indonesia TV)

Misteri pembahasan kedua mantan prajurit Kopassus ini akhirnya terungkap sepekan kemudian. Pada Senin (22/6/2020), Luhut akhirnya buka suara di hadapan anggota DPR.

"Kita dari tin (timah), kemarin saya bicara dengan Menhan [Menteri Pertahanan Prabowo Subianto], tin itu kita juga bisa ekstrak, dari situ rare earth [tanah jarang]," kata Luhut dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (22/6/2020).

Menurut Luhut, rare earth merupakan salah satu komponen penting untuk pembuatan senjata. Namun, harga logam itu ditentukan di Singapura.

"Kenapa harga rare earth mesti ditentukan di Singapura? Kenapa tidak di kita. Singapura udara saja dia impor, kita relakan itu," imbuhnya.

Tidak hanya sekali Luhut menyampaikan potensi rare erath ini, ia pernah menggebu-gebu ketika bicara mengenai hilirisasi mineral di Indonesia, di gedung DPR RI, Senin (9/9/2019).

Menurutnya sepanjang sejarah negeri ini tidak memiliki peta rantai pasokan yang jelas untuk tambang mineral. Banyak komoditas diekspor secara mentah tanpa mendapat nilai tambah.

Padahal, menurut Luhut, jika komoditas mentah tersebut diolah mulai dari bijih mentah sampai nanti barang jadi setelah dari smelter, akan ada nilai tambah yang menghasilkan banyak keuntungan.

Saat itu, Luhut juga sempat memberi perbandingan. Ia menyebut ekspor timah mentah menghasilkan uang US$ 350 juta atau Rp 4,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Sementara, lanjutnya, dengan hilirisasi bisa datangkan lebih banyak untuk komoditas serupa yakni mencapai US$ 5,8 miliar atau Rp 81 triliun.

"Itu hanya ekspor saja bawa itu tanah yang isinya timah, dan satu ton tanah itu belum tentu dapat 1 kilogram timah. Jadi berapa juta ton sudah berpuluh-puluh tahun kita ekspor?"

Dengan membangun smelter, Ia meyakini pemerintah akan punya peran untuk menentukan harga. Sehingga tak cuma diatur oleh negara yang punya smelter, "Bangun smelter itu kan cuma 2 tahun, ini sudah lebih dari 2 tahun, apa yang terjadi, kenapa diulur-ulur?"

"Masa harga timah ditentukan di Singapura, kamu bangga gak sebagai orang Indonesia? Masa tidak bisa bikin supply chainnya itu juga," ceritanya.

Kebutuhan timah dunia tinggi, hampir semua telepon genggam misalnya berisi timah. "Kenapa tidak kita bikin di dalam negeri, sama dengan bauksit sama dengan alumina sama dengan apalagi itu semua."

Apalagi, tambahnya, di timah juga ditemukan rare earth di mana mineral ini sedang diburu oleh Amerika Serikat. "AS lagi kepusingan 7 keliling, karena rare earth China tidak mau diekspor," jelasnya.

(tas/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular