
Produksi Migas Pertamina 2019 Tak Capai Target, Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Target produksi minyak dan gas (migas) PT Pertamina (Persero) pada tahun 2019 tidak berhasil mencapai target. Pertamina hanya bisa mempertahankan level produksinya pada kisaran 901.000 barel setara minyak per hari (Milion Barrel Oil of Equivalent Per Day/MBOEPD), di bawah target 922.000 MBOEPD.
Secara total, produksi migas tahun lalu yakni terdiri dari produksi minyak 414.000 BOPD dan produksi gas 487.000 BOEPD.
Produksi migas juga lebih rendah 2,17% jika dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 921.000 MBOEPD dengan rincian produksi minyak sebesar 392.000 BOPD dan gas sebesar 529.000 BOEPD.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan penurunan produksi ini karena ada kendala teknis, terdapat sejumlah kendala di fasilitas produksi.
"Di antaranya PIEP [Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi] dikarenakan belum optimalnya kompresor di Asset Algeria atau adanya kondisi high ambient temperature [suhu lingkungan tinggi]," ungkapnya Senin, (22/06/2020).
Sementara untuk lifting (produksi minyak siap jual) di tahun 2019 sebesar 734 MBOEPD. Hal ini sebagai hasil kegiatan operasional yang intensif yaitu pengeboran 322 sumur pengembangan, 14 sumur eksplorasi dan melakukan 751 kegiatan workover, serta 13.683 well services.
Di sektor energi baru dan terbarukan, produksi panas bumi Pertamina pada 2019 mencapai 4.292 GWh (Gigawatt hour) atau naik 3% dibandingkan 2018 yang tercatat 4.182 GWh.
Operasional produksi panas bumi yang dilakukan Pertamina melalui anak perusahaan, di antaranya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), mengelola 14 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW terdiri dari Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) own operation maupun WKP joint operation.
Pada 2019, Pertamina juga mencatat tambahan cadangan dan sumber daya migas yang lebih baik. Tambahan cadangan P1 (proven/terbukti) pada 2019 tercatat 309 MMBOE atau naik 44% dibandingkan angka target 2019 sebesar 215 MMBOE.
"Temuan cadangan 2C (cadangan kontingensi sedang) mencapai 446 MMBOE atau naik 55% dibandingkan target 2019 yang ditetapkan sebesar 288 MMBOE. Capaian ini sangat berarti bagi masa depan ketahanan energi nasional," kata Fajriyah.
Di samping itu, reserves replacement ratio atau rasio pengembalian cadangan meningkat 44% dari 71% pada RKAP 2019 menjadi 102% pada realisasi 2019.
Tahun 2019 Pertamina telah berhasil melakukan survei seismik laut regional 2D di wilayah terbuka yang dimulai pada November 2019 dengan capaian sepanjang 7.049 km hingga akhir 2019. Bahkan sampai pertengahan Juni 2020 progress telah mencapai 25.864 km pada Juni 2020 atau lebih dari 86% dari target 30.000 km.
"Ini merupakan survei seismik terbesar di Asia Pasifik dan Australia dalam 10 tahun terakhir yang diharapkan dapat menemukan cadangan migas baru yang menjadi giant discovery bagi Indonesia," imbuh Fajriyah.
Dalam upaya mencapai target satu juta barel per hari (BOPD) dan 4.000 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) pada 2024, Pertamina juga aktif memproduksi migas di luar negeri dan kini memiliki 13 lapangan migas di Asia, Amerika, dan Eropa dengan produksi minyak sebesar 104 ribu BOPD dan produksi gas 273 MMSCFD.
Tidak hanya kinerja dari aspek bisnis, Pertamina juga tidak melupakan aspek lingkungan. Pada 2019, Pertamina berhasil meraih penghargaan lingkungan bergengsi, yakni Proper (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) kategori Emas sebanyak 13 buah atau 50% dari total 26 Proper Emas secara nasional. Selain Proper Emas, Pertamina juga meraih 76 Proper Hijau pada tahun lalu.
"Proper merupakan wujud kepercayaan stakeholders terdapat bisnis Pertamina dalam pengelolaan lingkungan di wilayah operasi perusahaan."
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Pertamina 2019 Diproyeksi Turun Jadi Rp 28 T