Pendapatan Pertamina 2023 Turun, Tapi Laba Naik ke Rp 72 T, Kok Bisa?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
12 June 2024 15:57
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI pada Rabu (12/6/2024). (Tangkapan Layar Youtube Komisi VI DPR RI Channel)
Foto: Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI pada Rabu (12/6/2024). (Tangkapan Layar Youtube Komisi VI DPR RI Channel)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mencatat pendapatan perseroan sepanjang 2023 menurun 11% menjadi 75,79 miliar atau sekitar Rp 1.156 triliun (realisasi rata-rata kurs 2023 Rp 15.255 per US$) dari US$ 84 miliar pada 2022.

Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini menjelaskan, penurunan pendapatan perseroan pada 2023 ini terjadi sebagai imbas penurunan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP).

Apabila dibandingkan dengan tahun 2022, ICP mengalami penurunan rata-rata sebesar 20%. Rata-rata ICP pada 2022 berada di level US$ 97 per barel, sementara ICP pada 2023 berada di level US$ 78 per barel.

"ICP turun 20%, kalau 2022 ICP di kisaran US$ 97 per barel, di 2023 di level US$ 78 per barel. Jadi cukup dalam turunnya dibanding 2022, karena itu revenue turun 11%. Jadi terlihat meski ICP turun 20% tapi revenue hanya terhantam 11%, masih bisa ditahan," kata Emma dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Rabu (12/6/2024).

Meski demikian, Emma membeberkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) berhasil meningkat sebesar 6%, mencapai US$ 14,3 miliar.

Sementara total laba perseroan pada 2023 tercatat mencapai US$ 4,77 miliar atau sekitar Rp 72,77 triliun (kurs 2023 Rp 15.255 per US$).

Adapun dari total laba tersebut, laba bersih khusus untuk pemilik entitas induk pada 2023 tercatat mencapai US$ 4,44 miliar, atau meningkat 17% dibanding 2022 yang tercatat US$ 3,81 miliar.

Lantas, apa yang bisa membuat perseroan berhasil meningkatkan laba bersih meskipun terjadi penurunan pendapatan pada 2023?

Menurut Emma, capaian tersebut tak lepas dari berbagai upaya peningkatan kinerja operasional yang dilakukan perusahaan. Sekalipun, perusahaan menghadapi tantangan global yang mempengaruhi pendapatan.

Emma memaparkan, di tengah kondisi global yang tidak menentu, Pertamina bisa meningkatkan kinerja operasional, terlihat dari meningkatnya produksi migas meningkat 8%.

Kemudian juga intake kilang meningkat 2% menjadi 341 juta barel per hari (bph), volume penjualan meningkat 2%.

"Di tengah tadi parameter kurs rupiah melemah 3% dan penurunan ICP melemah 20%, namun terlihat bahwa pencapaian profitabilitas perusahaan meningkat 17%," pungkasnya.

Di sisi lain, perusahaan juga mencatatkan realisasi investasi sepanjang 2023 mencapai US$ 6,3 miliar. Capaian tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 35% dibandingkan realisasi investasi sepanjang 2022 yang tercatat hanya mencapai US$ 4,6 miliar.

"Terlihat bahwa investasi kita meningkat 35% di mana tahun 2022 kita investasi US$ 4,6 miliar dan 2023 kita meningkat menjadi US$ 6,3 miliar," kata Emma.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Raih Penghargaan Best Investor Relations Energy Company

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular