Dolar di Range Rp 14.900, Ini Dia Asumsi Makro RAPBN 2021

Lidya Julita S & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
22 June 2020 19:52
Menteri Keuangan melakukan rapat kerja bersama Komisi XI bahas cukai plastik (CNBC Indonesia/Cantika Adinda Putri)
Foto: Menteri Keuangan melakukan rapat kerja bersama Komisi XI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) menyepakati tiga acuan perekonomian dalam Rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (RAPBN) pada 2021. Tiga acuan tersebut dibagi menjadi tiga yakni, asumsi ekonomi makro, target pembangunan, dan indikator pembangunan.

Rapat penepatan tiga acuan perekonomian untuk 2021 ini berjalan cukup alot, yang berlangsung sejak pukul 10.00 - 19.20 WIB.

Rapat ini dipimpin oleh Ketua Komisi XI Dito Ganinduto yang diikuti oleh seluruh anggota komisi XI baik secara fisik maupun virtual. Dari pemerintah yang hadir adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Kepala BPS Suhariyanto dan juga Ketua OJK Wimboh Santoso serta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Dari pantauan CNBC Indonesia, sebelumnya terjadi perbedaan target asumsi makro pada 2021, yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Beberapa perubahan itu terjadi pada target pertumbuhan ekonomi dan posisi nilai tukar rupiah.

BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2021 bisa mencapai 5% - 6%, sementara proyeksi Kemenkeu hanya ditargetkan 4,5% - 5,5%.

Kemudian pada posisi nilai tukar rupiah, BI memproyeksikan posisi nilai tukar rupiah pada 2021 akan mencapai Rp 13.700 - Rp 14.300 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara Kemenkeu menargetkan nilai tukar rupiah pada 2020 dipatok pada posisi Rp 14.500 - Rp 15.500 per dollar AS.

Kendati demikian, pemerintah, BI, dan Komisi XI DPR kemudian menyepakati, posisi pertumbuhan ekonomi pada 2021 mencapai 4,5% - 5,5% dan nilai tukar rupiah ditargetkan mencapai Rp 13.700 - Rp 14.900 per dollar AS.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, SBN yang ditetapkan dalam RAPBN 2021 menggunakan tenor 10 tahun. Di mana ditetapkan sebesar 6,29% - 8,29%. Angka ini lebih rendah dari asumsi KEM-PPKF yang disampaikan oleh Sri Mulyani sebelumnya saat rapat paripurna, Kamis (18/6/2020) lalu, yang sebesar 6,67% - 9,56%.

"Ini untuk pertama kalinya dalam sejarah, yield SUN untuk menggunakan tenor 10 tahun dan supaya konsisten bisa digunakan pada periode-peridoe mendatang," ujar Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun, Senin (22/6/2020).

Selain itu, dalam memperkuat kebijakan pengendalian impor khususnya pangan serta meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN), maka pemerintah dan DPR sepakat untuk memasukan hal tersebut di dalam indikator pembangunan RAPBN 2021.

Di mana NTP dan NTN yang ditetapkan masing-masing ditargetkan dalam range 102-104.

"Setuju semua kan? Setuju ya," ujar Dito di Ruang Rapat Komisi XI, Senin (22/6/2020).

Berikut rincian hasil keputusan Asumsi Dasar untuk APBN 2021 versi Raker Komisi XI bersama pemerintah, BI, dan BPS:

Asumsi Makro Ekonomi
- Pertumbuhan Ekonomi 4,5% - 5.5%
- Inflasi 2% - 4%
- Rupiah 13.700 - 14.900
- SBN 10 tahun 6,29% - 8,29%

Target Pembangunan
- Tingkat Pengangguran Terbuka 7,7% - 9.1%
- Tingkat Kemiskinan 9,2% - 9,7%
- Rasio Gini 0,377 - 0,379

Indikator Pembangunan
- Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,78 - 72, 95
- NTP dan NTN (nilai tukar petani dan nelayan) 102 - 104


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alasan Defisit APBN 2021 Masih di Atas 3% dari PDB

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular