
Awas Perang Dagang II, Trump Keukeuh Putus dari China

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengancam China. Ia menegaskan akan memutus hubungan kedua negara.
Ini disampaikan presiden ke-45 AS itu, sehari setelah Perwakilan Dagang AS (USTR) Robert Lighthizer berbicara di Kongres AS. Lighthizer menilai China sejauh ini sudah memenuhi persyaratan dan perjanjian "fase satu" guna meredakan perselisihan keduanya.
Dalam cuitannya melalui akun @realDonaldTrump, mantan pengusaha itu menulis AS akan tetap mempertahankan opsi kebijakan "decoupling". Atau pemisahan antara ekonomi negara yang dahulunya memiliki keterikatan yang kuat.
"Itu bukan kesalahan Duta Besar Lighthizer (kemarin di Komite) karena mungkin saya tidak menjelaskan," ujarnya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (19/6/2020).
"Tetapi AS tentu saja mempertahankan opsi kebijakan, dalam berbagai kondisi, decoupling lengkap dari China," tegasnya lagi.
Hubungan kedua negara memang menanas belakangan ini. Padahal keduanya sempat menandatangani perjanjian Fase I perdamaian di Januari 2020, setelah kurang lebih dua tahun terjebak dalam perang dagang.
Washington dan Beijing saling adu ancaman terkait asal usul virus corona. Kedua negara juga tegang soal Hong Kong, Taiwan dan Laut China Selatan.
Saat virus corona makin ganas menyerang AS, dan membuat Negeri Paman Sam menjadi negara dengan kasus terbanyak, Trump menyelahkan China. Mei lalu, ia bahkan mengaku tak tertarik lagi berbicara dengan Presiden Xi Jinping dan ingin memutus hubungan ekonomi kedua negara.
Ia bahkan meminta staffnya menggodok khusus rencana pemindahan manufaktur AS dari China. AS juga membuat UU yang akan mendepak perusahaan China dari Wall Street.
Sebelumnya Lighthizer mengatakan ke depan parlemen bahwa memisahkan ekonomi kedua raksasa itu mungkin mustahil sekarang. "Itu opsi dulu," katanya Rabu (17/6/2020) waktu setempat.
Sementara itu, dalam pertemuan Rabu di Hawai, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pejabat senior China Yang Jienci menegaskan kembali komitmen untuk meningkatkan pembelian barang AS.
Meski begitu, AS mendesak "timbal balik yang lebih baik" dari China. Salah satu Diplomat Senior AS David Stilwell mengatakan termasuk pengurangan perilaku China yang dicap AS agresif.
"Jika mereka datang ke meja dengan proposal yang masuk akal, AS jelas akan memperlakukannya secara wajar dan mencari cara untuk bekerja menuju hasil yang positif," katanya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh, Donald Trump Diancam Diculik & Dibunuh
