
Warga Tak Disiplin Jaga Jarak, Kasus Corona RI Rekor Lagi

Setidaknya ada dua kemungkinan mengapa kasus corona di Indonesia mengalami lonjakan akhir-akhir ini. Pertama, pemerintah memang menggenjot uji corona di masyarakat. Ini membuat kasus yang terpendam menjadi muncul ke permukaan.
Worldometer mencatat jumlah uji tes corona di Indonesia sudah mencapai 580.522. Indonesia kini berada di peringkat kedua di antara negara-negara ASEAN-6, hanya kalah dari Malaysia.
Kemungkinan kedua, masyarakat Indonesia semakin kurang disiplin dalam menjaga jarak (physical distancing). Padahal salah satu kunci utama pencegahan penularan virus corona adalah dengan physical distancing, mengingat virus yang kali pertama mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sangat mudah menyebar dalam kerumunan.
Indikator yang bisa menggambarkan tingkat kedisiplinan pembatasan sosial adalah Social Distancing Index keluaran Citi. Jika angka di indeks ini semakin mendekati nol, berarti masyarakat di suatu negara kurang disiplin menjalankan pembatasan sosial alias social distancing. Kalau angkanya kian jauh dari nol, maka masyarakat semakin berjarak.
Social Distancing Index disusun berdasarkan laporan Google Covid-19 Mobility Report yang dirilis secara mingguan. Rilis terakhir adalah data 12 Juni.
Pada 12 Juni, Indonesia mencatatkan skor Social Distancing Index sebesar -26. Pada 5 Juni, skor Indonesia adalah -29.
Artinya, semakin ke sini masyarakat Indonesia semakin akrab, semakin dekat, semakin tanpa jarak. Dalam situasi normal ini adalah hal yang positif. Namun dalam masa pandemi, keakraban adalah hal yang agak tabu karena membuat virus corona lebih mudah menyebar.
Di Indonesia, jarak antar-manusia semakin rapat terutama di stasiun transportasi publik, pasar swalayan, serta tempat ritel dan rekresasi. Pada 29 Maret, kepadatan di stasiun transportasi umum adalah 54% di bawah kondisi normal. Namun pada 12 Juni, kepadatannya adalah 48% di bawah normal.
Kemudian di lokasi ritel dan rekreasi, kepadatan pada 29 Maret masih 47% di bawah normal. Pada 12 Juni, angkanya berubah menjadi 26% di bawah normal.
Lalu di pasar swalayan, pada 29 Maret tingkat kepadatannya adalah 27% di bawah normal. Pada 12 Juni tinggal 9% di bawah normal.
![]() |
Data ini menggambarkan bahwa jarak antar-manusia semakin rapat, ada penurunan kepatuhan social distancing. Ini tentu membuat risiko penularan virus corona menjadi semakin tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]