Internasional

Ngamuk! Korut Ancam AS, Bakal Ganggu Pemilu Trump

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 June 2020 09:40
FILE - In this June 12, 2018, file photo, North Korea leader Kim Jong Un, center left, and U.S. President Donald Trump, center right, prepare to sign a document at the Capella resort on Sentosa Island in Singapore. At the last minute, Kim's sister, Kim Yo-jong, far left, provided a pen of her own for his use. Kim Jong Un's disappearance from the public eye is raising speculation about not only his health but also about who's next in line to run North Korea if anything happens to the leader. Some experts say his sister and close associate Kim Yo Jong is most likely since North Korea has been ruled by the Kim family for seven decades.  (AP Photo/Evan Vucci, File)
Foto: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, (kiri kedua) dan Presiden AS Donald Trump, (Kedua kanan) bersiap untuk menandatangani dokumen di resor Capella di Pulau Sentosa di Singapura. (AP Photo/Evan Vucci)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pejabat Korea Utara mengancam akan mengganggu kelancaran pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) yang akan digelar pada November mendatang. Hal itu merupakan konsekuensi yang akan diterima AS, bila negara itu mencampuri urusan Korut dengan Korsel.

Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya kecewa pada Korea Utara karena memutus hubungan komunikasi dengan Korsel pada Selasa lalu (9/6/2020). Korsel merupakan sekutu dekat AS.

"Jika AS mencampuri urusan negara lain dengan pernyataan ceroboh, bukan mengurus urusan internalnya ... mungkin (AS akan) menghadapi hal yang tidak menyenangkan yang sulit untuk dihadapi," kata Kwon Jong Gun, direktur jenderal yang mengurusi soal AS di Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Kamis (11/6/2020).

"[Tidak mencampuri urusan] akan baik tidak hanya untuk kepentingan AS tetapi juga untuk memudahkan pemilihan presiden mendatang," tambahnya, sebagaimana dilaporkan kantor berita negara itu KCNA.

Menurut James Kim, seorang peneliti di Institut Asan untuk Studi Kebijakan di Seoul, gangguan itu bisa jadi semacam provokasi yang menyangkut kepentingan Trump. Apalagi sang presiden memang akan menghadapi pemilu melawan unggulan Partai Demokrat, Joe Bidden.

"Jika ada, ada kemungkinan provokasi bahkan dapat mempermainkan negara di sekitar petahana," katanya, menurut Reuters.

Hubungan Korut dan Korsel kini sedang panas-panasnya dalam sepekan terakhir. Itu terjadi setelah pada Korut memutuskan sambungan komunikasi dengan Korsel.

"Pyongyang sepenuhnya memutuskan dan menutup jalur penghubung antara pihak berwenang dari Utara dan Selatan, yang telah dipertahankan melalui kantor penghubung bersama," tulis KCNA.

"Kami telah mencapai kesimpulan bahwa tidak perlu duduk berhadap-hadapan dengan Korsel dan tidak ada diskusi, karena mereka hanya membangkitkan kekecewaan kami."

Langkah ini diambil setelah aktivis anti pemerintah Pyongyang yang berada di Korsel terus mengirimkan selebaran anti pemerintah Kim Jong Un di perbatasan.

Sebagai tanggapan atas hal itu, Korsel mengatakan akan mengambil tindakan hukum terhadap dua organisasi yang melakukan operasi tersebut. Organisasi tersebut adalah Pusat Pendidikan Kuensaem (Kuensaem Education Center) dan Pejuang untuk Korea Utara yang Merdeka (Fighters for a Free North Korea).

"Kedua kelompok pembelot telah menciptakan ketegangan antara kedua Korea dan menyebabkan bahaya bagi kehidupan dan keselamatan penduduk daerah perbatasan," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Selatan Yoh Sang-key.

[Gambas:Video CNBC]


(res) Next Article Ribut dengan Korsel, Korut Mobilisasi Tentara ke Perbatasan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular