OPEC & Rusia Sepakat Pangkas Produksi, Harga Minyak Reli?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
07 June 2020 07:33
The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)
Jakarta, CNBC Indonesia - OPEC, Rusia, dan Sekutunya sepakat untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak sampai akhir Juli. Kebijakan ini telah mengerek harga minyak dalam dua bulan terakhir dan mengurangi 10% pasokan minyak di pasar global.

Kelompok yang lebih dikenal sebagai OPEC + juga akan menuntut negara-negara seperti Nigeria  dan Irak, yang melebihi kuota pada Mei dan Juni. Mengimbangi dengan melakukan pemotongan tambahan pada Juli hingga September.

Mulanya OPEC+ setuju pada bulan April bahwa mereka akan memotong pasokan sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) selama Mei-Juni demi menopang harga minyak yang anjlok dampak dari pandemi corona (Covid-19). Pemotongan itu akan meruncing menjadi 7,7 juta barel per hari dari Juli hingga Desember.

Benchmark minyak mentah Brent LCOc1 naik ke level tertinggi tiga bulan pada hari Jumat di atas US$ 42 per barel, setelah anjlok di bawah US$ 20 pada bulan April. Harga masih tetap sepertiga lebih rendah dari pada akhir 2019.

Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan perjanjian berjalan sesuai rencana. Kepada kantor berita Shana setelah OPEC menyetujui memperpanjang kesepakatan sampai Juli.

"Masalah utama adalah kurangnya kepatuhan anggota seperti Irak dengan kuota pengurangan produksi, dan diputuskan bahwa mereka memberikan kompensasi untuk itu dalam beberapa bulan mendatang," ungkapnya sebagaimana dikutip dari Reuters, Minggu, (07/06/2020).

Keputusan masih perlu disetujui oleh OPEC+, yang mencakup 10 produsen seperti Rusia dan Kazakhstan. Pembicaraan OPEC+ dimulai sekitar 1500 GMT.

Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, dan Rusia harus melakukan tindakan penyeimbangan untuk menaikkan harga minyak guna memenuhi kebutuhan anggaran mereka sementara tidak mendorong mereka jauh di atas US$ 50 per barel untuk menghindari mendorong kebangkitan kembali produksi serpih AS yang saingan.

Kesepakatan pada bulan April terjadi atas tekanan dari Presiden AS Donald Trump yang ingin menghindari kebangkrutan industri minyak AS. Ia mengaku senang dengan pemulihan harga minyak.

Sementara harga minyak telah pulih sebagian, mereka masih jauh di bawah biaya sebagian besar produsen serpih AS. Shutdown, PHK dan pemotongan biaya terus berlanjut di seluruh Amerika Serikat.

Penyebaran Covid-19 yang saat ini coba direda membuat permintaan minyak diperkirakan akan melebihi pasokan pada bulan Juli. Tetapi OPEC belum menghapus 1 miliar barel dari kelebihan persediaan minyak yang diakumulasi sejak Maret.

Kementerian perminyakan Nigeria mengatakan Abuja mendukung gagasan untuk mengkompensasi output berlebihan pada Mei dan Juni.Irak, yang memiliki salah satu tingkat kepatuhan terburuk pada bulan Mei, menyetujui pemotongan tambahan meskipun tidak jelas bagaimana Baghdad akan mencapai kesepakatan dengan perusahaan minyak utama dalam membatasi produksi Irak.

Berdasarkan data OPEC+ Irak menghasilkan 520.000 barel per hari di atas kuota pada Mei, sementara kelebihan produksi Nigeria 120.000 barel per hari, Angola 130.000 barel per hari, Kazakhstan 180.000 barel per hari, dan Rusia 100.000 barel per hari.

Komite pemantauan gabungan menteri OPEC+, yang dikenal sebagai JMMC, sekarang akan bertemu setiap bulan hingga Desember untuk meninjau pasar, kepatuhan dan merekomendasikan tingkat pemotongan.Pertemuan JMMC berikutnya dijadwalkan untuk 18 Juni sementara pertemuan OPEC dan OPEC + berikutnya akan berlangsung 30 November - 1 Desember.

[Gambas:Video CNBC]




(roy/roy) Next Article Permintaan Membaik, OPEC Bersiap Tingkatkan Produksi Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular