
Dekati 3.000 kasus, Surabaya Masih Jadi 'Zona Hitam' Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Kota Surabaya masih menjadi kota dengan catatan Covid-19 tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Data laman lawancovid-19.surabaya.go.id per Sabtu ini (6/6/2020) mencatat kasus positif di kota tersebut mencapai 2.880 kasus, 742 di antaranya dinyatakan sembuh serta 266 lainnya meninggal.
Namun demikian, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menilai Pemerintah Kota Surabaya sudah melakukan langkah-langkah yang tepat dalam penanganan Covid-19.
Menurut Doni, peningkatan kasus konfirmasi positif Covid-19 yang dialami Surabaya merupakan buah kerja keras dalam melakukan penelusuran (tracing) dan pengambil sampel di berbagai lingkungan masyarakat.
"Tentunya tidak mudah untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif. Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," ujarnya seperti dikutip CNBC Indonesia dari laman resmi Pemkot Surabaya, Sabtu (6/6/2020).
Letjen TNI itu pun berharap, pasien yang saat ini dirawat kemudian sembuh agar agar mendonorkan plasma kepada pemerintah untuk pengobatan pasien yang sakit berat. Berdasarkan data Pemkot Surabaya sebanyak 226 kasus kematian akibat Covid-19 memiliki riwayat penyakit penyerta.
![]() Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 ,Letnan Jenderal TNI Doni Monardo (Youtube BNPB Indonesia) |
Oleh karena itu, Doni meminta agar jenis penyakit penyerta itu dipelajari, kemudian diinformasikan ke masyarakat agar berhati-hati. Menurut dia, di Jawa Timur itu, penyakit penyerta yang paling tinggi adalah diabetes, kemudian hipertensi.
"Makanya, yang memiliki diabetes harus diingatkan agar berhati-hati," kata Doni.
Ia berpesan, langkah mitigasi atau pencegahan juga harus dilakukan agar sedikit yang terpapar Covid-19. Kemudian, langkah sosialisasi yang masif ke masyarakat juga perlu disampaikan.
Menurut Doni, kalau tidak diikuti dengan penjelasan yang maksimal, maka warga akan merasa aman-aman saja. Apalagi, di beberapa daerah di luar Jawa sudah ada pembukaan menuju masyarakat yang produktif dan konstruktif.
"Selama kasus Covid-19 berada di tengah masyarakat kita tidak boleh lengah. Penerapan protokol kesehatan harga mati. Kalau kita abaikan, tak disiplin dan tak menggunakan masker, tak menjaga jarak dan tak rajin cuci tangan, tentu akan membahayakan. Apalagi bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta," ujar Doni.
Eks Panglima Kodam (Pangdam) Siliwangi itu juga menjelaskan ada tiga sumber penularan Covid-19, yakni melalui mata, hidung dan mulut. Untuk itu, Doni meminta untuk sesering mungkin cuci tangan dan selalu menggunakan masker, karena seringkali tak sadar menyentuh barang, sehingga seseorang menjadi terpapar.
"Kebiasaan bersin dengan tak menutup mulut menimbulkan ancaman bagi lainnya," kata Doni.
Doni menegaskan, Presiden Joko Widodo telah memikirkan bagaimana agar masyarakat aman dari Covid-19 ini, namun kegiatan produktif tetap bisa dilaksanakan. Sebab, tak memungkinkan untuk memilih salah satu, kesehatan saja atau bidang kegiatan ekonomi masyarakat.
"Kalau kita memilih salah satu, seperti makan buah simalakama, dimakan, papak mati gak dimakan Ibu mati," ujar Doni.
Oleh karena itu, dia meminta semua elemen masyarakat untuk bersatu melawan Covid-19 ini. Doni juga terus mendorong kegiatan pengamanan supaya tak terpapar Covid-19.
"Kami juga meminta aktivitas harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan disiplin yang tinggi," katanya.
Zona hitam Surabaya bermula ketika pada Selasa malam (2/6), Ibu Kota Jatim tersebut sempat ditandai warna hitam di peta penyebaran atau dengan jumlah kasus lebih dari 2.049 saat itu. Namun Rabu pagi ini (3/6), warna indeks kasus di Surabaya menjadi merah tua.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat itu mengatakan, pasien positif Covid-19 di Surabaya lebih dari 2.000 kasus. Namun, menurut Khofifah, tak serta masuk zona hitam seperti tertera dalam peta
(tas/tas) Next Article Gubernur Jatim Khofifah Parawansa Positif Covid-19
