
Adik Kim Jong-Un Kirim Ancaman ke Korsel, Berani Juga!

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara mulai memanas. Adik perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, Kim Yo-Jong dikabarkan memberikan ancaman ke Korsel.
Ancaman tersebut dilontarkan setelah pihak Korsel tidak menghentikan gerakan pembelot anti-Pyongyang, sebagaimana ditulis The Korea Herald dari Yonhap. Para pemberontak Korut disebut terus mengirimkan selebaran anti pemerintahan Kim Jong-Un.
"Pihak berwenang di Korsel akan dipaksa membayar mahal, jika mereka membiarkan situasi ini berlanjut sambil membuat banyak alasan," ujar Kim Yo-Jong sebagaimana disiarkan kantor Berita Pusat Korea (KCNA), pekan ini.
Kim Yo-Jong yang memegang jabatan Wakil Direktur Departemen Pertama Komite Sentral Partai Buruh Korut, memperingatkan akan membatalkan perjanjian pengurangan ketegangan militer dan menutup proyek kawasan industri bersama.
![]() |
Perempuan berusia 32 tahun itu juga mengancam akan menarik diri secara permanen dari proyek-proyek bersama dengan Korea Selatan, termasuk Kaesong Industrial Park dan wisata Gunung Kumgang. Keduanya menjadi pemintal uang untuk Pyongyang yang ditangguhkan selama bertahun-tahun karena sanksi atas program senjata.
"Jika mereka (Korsel) gagal mengambil langkah yang sesuai untuk tindakan tidak masuk akal ini, mereka harus bersiap dengan kemungkinan penarikan penuh (Korut) dari Kawasan Industri Kaseong... atau membatalkan perjanjian di bidang militer Utara-Selatan," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kim Yo-Jong juga pun menyebut kelompok pembelot Pyongyang sebagai "sampah". Ia meminta Korsel mengambil tindakan khusus dan tidak berlindung pada frase "kebebasan berekspresi".
"Jika benar-benar menghargai perjanjian Utara-Selatan dan memiliki keinginan untuk mengimplementasikannya secara utuh, mereka harus membersihkan "sampah" sebelum dengan sembarangan meniup terompet ke para pendukungnya," jelasnya lagi.
Jawaban Korsel atas Ancaman Kim Yo-Jong
Pihak Korsel langsung buka suara beberapa jam setelah ancaman tersebut dilontarkan, mengatakan mungkin akan melarang pembelot menerbangkan selebaran anti-Pyongyang ke Korea Utara, kata para pejabat pada Kamis (4/6/2020).
Lebih lanjut, Kementerian Unifikasi Seoul mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan undang-undang untuk melarang kampanye selebaran dengan alasan mereka menyebabkan ketegangan di perbatasan.
"Setiap tindakan yang dapat mengancam kehidupan dan properti penduduk di daerah perbatasan harus dihentikan," kata juru bicara kementerian Korsel, Yoh Sang-Key, dikutip dari AFP.
Kampanye selebaran menjadi masalah pelik antara kedua negara Korea tersebut, tetapi memberlakukan undang-undang tersebut dapat memicu protes atas kemungkinan pelanggaran hak atas kebebasan berekspresi.
Meskipun demikian, menurut laporan kantor berita Yonhap, seorang pejabat di kantor kepresidenan Korsel mengatakan selebaran itu "lebih banyak mudarat daripada manfaat", dan menambahkan bahwa pemerintah akan "menanggapi dengan tegas" segala hal yang merusak keamanan nasional.
Kedua negara memiliki sejarah perselisihan yang panjang. Di tahun ini, kedua Korea terlibat ketegangan di perbatasan.
Di Oktober 2019, Korut juga mengancam menarik diri dari fasilitas yang dibangun bersama dengan Korsel di area Gunung Kumgang di Pantai Timur. Korut berujar akan membangun zona wisata internasional sendiri.
Sebelumnya di 2016 Korsel sempat menutup kompleks industri bersama karena program nuklir dan rudal Pyongyang. Di 2008, Korsel sempat menghentikan proyek bersama lain karena salah satu turisnya tewas di tangan seorang oknum penjaga Korut.
Pernyataan ancaman ini merupakan ketiga kalinya dikeluarkan Kim Yo-Jong tahun ini, memperlihatkan besarnya pengaruh perempuan itu dalam pengambilan keputusan di Korut terutama soal Korsel.
(tas/tas) Next Article Bikin Panas Korea, Hati-hati Kim Yo Jong Bakal Jadi Ancaman!
