Internasional

Risiko Kematian, Inggris Setop Penggunaan Hydroxychloroquine

tahir saleh, CNBC Indonesia
06 June 2020 08:50
This Monday, April 6, 2020, photo shows an arrangement of hydroxychloroquine pills in Las Vegas. President Donald Trump and his administration kept up their out-sized promotion Monday of an malaria drug not yet officially approved for fighting the new coronavirus, even though scientists say more testing is needed before it’s proven safe and effective against COVID-19. Trump trade adviser Peter Navarro championed hydroxychloroquine in television interviews a day after the president publicly put his faith in the medication to lessen the toll of the coronavirus pandemic. (AP Photo/John Locher)
Foto: hydroxychloroquine, obat malaria yang diklaim Trump bisa sembuhkan Covid-19 (AP/John Locher)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ilmuwan Inggris akhirnya menghentikan percobaan besar eksplorasi penggunaan obat anti-malaria hydroxychloroquine kepada pasien penyakit Covid-19 setelah hasil awal tidak menunjukkan adanya manfaat berarti dari penggunaan obat tersebut.

"Kami meninjau data dan menyimpulkan tidak ada bukti efek menguntungkan dari [penggunaan] hydroxychloroquine pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19," kata Martin Landray, profesor di Universitas Oxford yang bekerjasama dalam proyek yang disebut uji RECOVERY di Inggris, dilansir Reuters, Sabtu (6/6/2020).

"[Kami] memutuskan berhenti mendaftarkan pasien dalam pengobatan langsung hydroxychloroquine," katanya.

"Ini bukan pengobatan [untuk Covid-19]," tambahnya.

Landray juga menambahkan bahwa hasil ini tentu menjadi pertimbangan dalam mengubah praktik medis di seluruh dunia atas penggunaan hydroxychloroquine. "Kita sekarang bisa berhenti menggunakan obat yang tidak berguna," katanya dilansir Independent.


Keputusan mengakhiri penggunaan hydroxychloroquine ini juga dilakukan setelah sebuah studi berpengaruh yang menemukan bahwa obat tersebut meningkatkan risiko kematian pada pasien coronavirus. Kondisi ini menambah kebingungan seputar potensi penggunaan hydroxychloroquine.

Jurnal medis Lancet sebelumnya sudah menarik penelitian tentang obat ini, setelah tiga penulisnya jurnal ilmiah tersebut menariknya seiring dengan kekhawatiran tentang kualitas dan kebenaran data yang digunakan dalam penelitian.

Menanggapi penelitian yang ditarik ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan akan melanjutkan uji coba hidroksichloroquine setelah penarikan publikasi penelitian.

Tiga penulis penelitian tersebut mengatakan Surgisphere, perusahaan yang menyediakan data penelitian, tidak akan mentransfer dataset untuk tinjauan independen. Itu sebabnya mereka "tidak lagi dapat menjamin kebenaran sumber data primer."

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia menggunakan obat anti malaria hydroxychloroquine untuk pencengahan terhadap virus corona.

Trump mengatakan ia mulai meminum obat ini sejak satu setengah minggu lalu. Satu butir sehari. Obat ini telah dipromosikan Trump sejak Maret meski banyak pihak yang meragukan keampuhannya dalam memerangi corona.

Hydroxychloroquine adalah obat keras yang telah digunakan selama puluhan tahun untuk mengobati malaria. Obat ini juga mengobati penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis dan lupus. Konsumsi obat ini membutuhkan pengawasan dari dokter.

Obat ini sempat dianggap bisa sembuhkan corona setelah sebuah penelitian laboratorium dengan sel-sel yang dikultur menemukan bahwa klorokuin dapat memblokir virus corona dari sel-sel yang menyerang, yang harus dilakukan untuk mereplikasi dan menyebabkan penyakit.

Namun, obat-obatan ini tidak selalu bekerja dalam tubuh manusia, dan studi hydroxychloroquine telah menemukan bahwa itu gagal untuk mencegah atau mengobati influenza dan penyakit virus lainnya.

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article India Larang Ekspor Hydroxychloroquine untuk Corona, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular