Harga Tanah Naik 3 Kali Lipat, Ini Curhatan Pengembang

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
03 June 2020 15:16
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor properti dalam beberapa tahun terpuruk diharapkan bakal bangkit di tahun 2020, tapi adanya pandemi Covid-19, sektor ini kian terpuruk. Di sisi lain, harga tanah sempat melonjak tinggi sehingga berdampak pada pengembang maupun konsumen.

Bank Indonesia (BI) sudah sempat mengeluarkan sejumlah kebijakan relaksasi loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) kredit properti dan pembiayaan properti untuk mengangkat sektor ini.

Pada November 2019 ada upaya relaksasi lalu bank sentral juga melakukan pemangkasan BI 7 Days Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan Bank Indonesia. Penurunan suku bunga acuan sejak Juni 2019 hingga awal 2020. Saat itu, suku bunga acuan masih di angka 6,00%. Setelah enam kali pemangkasan, suku bunga acuan Bank Indonesia berada di level 4,50% pada Mei 2020. 



Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang dan Pemukiman Perumahan Rakyat Seluruh Indonesia (Apersi) Daniel Djumali melihat stimulus itu belum berpengaruh besar.

"Kelonggaran LTV/FTV sebetulnya nggak banyak dongkrak properti menengah atas yang alami masa sulit sejak dari 2014-2020. Ini akibat kenaikan harga tanah dan rumah yang begitu besar, hampir tiga kali lipat di 2011-2013," sebutnya dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Rabu (3/5).

Pandemi covid-19 makin menambah tekanan pasar sehingga berdampak pada penurunan pasar, harga pun ikut terdampak terutama di segmen menengah atas. Namun, rumah dengan harga murah bisa menjadi penyelamat. Daniel melihat minat rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tetap diminati, karena kebutuhan memiliki hunian sebagai tempat tinggal tetap besar.

"Pasar MBR masih bertahan karena masyarakat perlu rumah layak huni," katanya.


[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Rumah Susah Laku, Penjualan Anjlok 40%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular