Singapura & Malaysia Terancam Resesi, Ini Dampaknya ke RI

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 June 2020 12:52
Malaysia putuskan untuk melakukan lockdown demi menghentikan penyebaran virus Corona. (AP/Vincent Thian)
Foto: Malaysia putuskan untuk melakukan lockdown demi menghentikan penyebaran virus Corona. (AP/Vincent Thian)
Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura dan Malaysia sebagai negara mitra Indonesia di kawasan Asia Tenggara kini terancam masuk ke dalam jurang resesi akibat merebaknya wabah Covid-19. Hal ini akan jadi shock eksternal yang juga berpengaruh terhadap perekonomian Tanah Air. 

Pada kuartal pertama tahun ini, Negeri Singa melaporkan pertumbuhan negatif (kontraksi) Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar -2,2% year on year (yoy). Pemerintah Singapura memperkirakan di sepanjang 2020, kontraksi yang terjadi berada di kisaran -4% hingga -7%.

Beralih ke Negeri Jiran, pada kuartal I-2020 Malaysia masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,7% (yoy). Memang masih tumbuh di zona positif. Namun jika mengacu pada laporan Departemen Statistik Malaysia, Negeri Harimau Malaya itu terancam masuk ke jurang resesi dalam 4-6 bulan ke depan. 

Ekonomi Singapura dan Malaysia sangat bertumpu pada ekspor, sehingga pelemahan permintaan global menjadi pukulan berat bagi ekonomi dua negara tetangga Indonesia tersebut. Sebagai catatan, pada 2019 saja ekspor Singapura dan Malaysia masing-masing menyumbang 180% dan 76% dari PDB. Angka yang fantastis tentunya. 




Selain ekonominya yang bertumpu pada ekspor, kedua negara tersebut juga termasuk yang menerapkan lockdown untuk menekan penyebaran virus corona di wilayahnya. Namun ongkos lockdown harus dibayar mahal oleh keduanya. Permintaan domestik juga mengalami pelemahan.

Di Singapura, circuit breaker merupakan protokol yang diterapkan untuk menekan transmisi virus, sementara di Malaysia lockdown disebut dengan Movement Control Order (MCO). Seluruh aktivitas ekonomi kecuali sektor vital ditutup dan wilayah perbatasan terlarang bagi warga negara asing. 

Melihat fenomena ini, wajar saja kalau ekonomi kedua negara tersebut kini berada di jurang resesi. Ekspor yang lemah dan turunnya permintaan domestik jadi pukulan ganda untuk ekonomi Singapura dan Malaysia.

Apalagi jika ditambah dengan jatuhnya harga komoditas juga semakin menekan ekonomi Malaysia yang juga bergantung pada komoditas seperti minyak sawit (CPO), seperti halnya Indonesia. 

Jika benar, Singapura dan Malaysia jatuh ke dalam jurang resesi, maka ini akan jadi shock eksternal bagi perekonomian Indonesia mengingat hubungan Indonesia dengan kedua negara tersebut dibangun oleh mobilitas (aliran modal, barang dan orang).

Singapura dan Malaysia merupakan investor strategis bagi Indonesia. Pada 2019, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat penanaman modal asing (PMA) dari Negeri Singa dan Negeri Jiran mencapai US$ 7,87 miliar atau setara dengan 27,9% dari total PMA yang masuk ke Indonesia di sepanjang tahun lalu.

Singapura menjadi negara dengan nilai PMA terbesar pertama di Indonesia, sementara Malaysia menjadi yang terbesar keenam. Jika resesi terjadi di kedua negara tersebut, maka hal ini berpotensi akan mengganggu aliran modal yang masuk ke Indonesia. 

Penanaman Modal Asing (PMA) 

NegaraQ120 (US$ juta) Q419 (US$ juta)FY19 (US$ juta)Peringkat*
Malaysia48089.81357.56
Singapura2723.31129.16509.61

*Peringkat menggunakan data 2019, sumber : BKPM

Selain menjadi investor bagi RI, Singapura dan Malaysia merupakan negara penyumbang wisatawan mancanegara (wisman) terbanyak untuk Indonesia. Bersama dengan China kontribusi pelancong asal kedua negara ini menjadi yang paling besar jika dibandingkan dengan total kunjungan wisman di sepanjang tahun lalu.

Namun seiring dengan larangan bepergian untuk menekan jumlah kasus infeksi Covid-19 yang dilakukan banyak negara, kunjungan wisman RI langsung drop di kuartal pertama tahun ini. Kunjungan pelancong asal Malaysia anjlok 29,8% (yoy) sementara kunjungan dari para turis dari Singapura turun lebih dalam dengan kontraksi mencapai 40,3% (yoy).

Total Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Malaysia & Singapura 

NegaraQ119Q120PerbedaanPerubahan
Malaysia 333,057 233,890 (99,167)-29.8%
Singapura 418,958 250,282 (168,676)-40.3%

Sumber : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, BPS

Pada saat yang sama, Singapura dan Malaysia menjadi negara destinasi ekspor bagi produk-produk non-migas dari RI. Nilai perdagangan Indonesia dengan kedua negara ini nyaris mencapai 10% dari total perdagangan Indonesia dengan dunia di sepanjang Januar-April 2020. Pelemahan permintaan dari Singapura dan Malaysia tentu menjadi ancaman bagi eskpor Indonesia.

Perdagangan Non-Migas Indonesia dengan Malaysia & Singapura

NegaraEkspor (US$ Miliar)Impor (US$ Miliar)Trade (US$ Miliar)
Malaysia2.171.723.89
Singapura3.532.946.47

Sumber : BPS



Gejolak eksternal yang dialami jelas dirasakan oleh ekonomi RI. Namun sebenarnya ekonomi Indonesia tidak terlalu bertumpu pada ekspor jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.

Indonesia juga tidak terlalu bertumpu pada sektor pariwisata, sehingga eksposur Indonesia ke resesi global masih relatif rendah dibandingkan Malaysia dan Singapura.



Secara struktural ekonomi Tanah Air lebih ditopang oleh konsumsi. Konsumsi domestik menyusun hampir 58% PDB Indonesia pada 2019. Sehingga faktor yang memiliki pengaruh signifikan pada perekonomian domestik adalah daya beli masyarakat.

Jika daya beli masyarakat tergerus dan konsumsi rumah tangga turun, maka ekonomi RI jelas dalam bahaya. Masalahnya tanda-tanda bahaya tersebut kian nyata.

Bahkan ketika wabah Covid-19 belum merebak di dalam negeri laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga RI sudah anjlok di kuartal pertama dengan pertumbuhan mencapai 2,97%. Padahal di kuartal pertama pos ini tumbuh nyaris 5%.


Lebih miris lagi apabila melihat data inflasi bulan Mei 2020. Momentum lebaran yang biasanya jadi puncak konsumsi dan lonjakan permintaan domestik malah justru terpuruk.

BPS mencatat inflasi Mei berada di 0,07% (month on month/mom) dengan pos bahan makanan dan minuman mencatatkan deflasi sebesar 0,08% (mom). Hal ini semakin mengindikasikan lemahnya daya beli masyarakat RI. Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, maka ekonomi Indonesia pada kuartal kedua bisa anjlok lebih dalam, bahkan mengalami kontraksi. 



TIM RISET CNBC INDONESIA



(twg/twg) Next Article Singapura, Malaysia, Thailand & RI: Kompak di Jurang Resesi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular