
Alert RI, Singapura Terancam Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - EkonomiĀ Singapura terancam resesi. Ini muncul setelah data ekonomi di kuartal pertama (Q1) dirilis.
Ekonomi negeri kota itu menurun di tiga bulan pertama 2023. Hal ini yang meningkatkan risiko pelemahan ekonomi seiring dengan pelemahan outlook ekonomi global dan minta dagang utamanya China, yang masih berjuang, setelah keluar dari pengetatan Covid-19.
Produk domestik bruto (PDB) secara tahunan (yoy) di Januari-Maret tercatat 0,4%, mengalahkan estimasi pengamat 0,1%. Namun secara kuartal-ke-kuartal (qtq), ekonomi menyusut 0,4%, lebih lambat dari tiga bulan akhir 2022, 2,1%.
Ekonom Maybank Chua Hak Bin mengatakan resesi teknis, yang didefinisikan sebagai kontraksi dua kuartal berturut-turut, mungkin terjadi. Apalagi, jika dorongan dari pembukaan kembali China gagal pada kuartal kedua.
"Kembalinya turis China selama ini lebih merupakan 'tetesan daripada banjir'," katanya menyebut minimnya wisatawan, mengutip Reuters, Rabu (25/5/2023).
Kementerian Perdagangan Singapura (MTI) sendiri tak meyakini potensi resesi teknis tahun ini. Tetapi mengakui bahwa prospek permintaan eksternal untuk sisa tahun ini telah melemah.
"Risiko penurunan ekonomi global telah meningkat," katanya dikutip AFP.
"Pengetatan kondisi keuangan global yang lebih tajam dari perkiraan ... peningkatan perang di Ukraina dan ketegangan geopolitik di antara kekuatan global utama," muat MTI lagi.
Kepala ekonom di MTI, Yong Yik Wei, mengatakan pemerintah memang melihat pertumbuhan kuartalan yang rendah pada paruh pertama tahun ini. Namun ada momentum meningkat setelahnya.
"Tapi jelas, Anda tahu, mengingat risiko penurunan dan prospek yang melemah, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa mungkin ada beberapa kuartal pertumbuhan q-on-q negatif tahun ini," tegasnya dikutip Reuters lagi.
Secara terpisah Monetary Authority of Singapore (MAS) mengatakan kebijakan moneternya saat ini sudah tepat meski mengakui mengawasi tren pertumbuhan dan inflasi. Bulan lalu, MAS tak melakukan perubahan ke kebijakan moneter setelah pengetatan lima kali berturut-turut dari Oktober 2021.
Kinerja ekonomi Singapura di Asia Tenggara sering dipandang sebagai barometer lingkungan global karena ketergantungannya pada perdagangan internasional. MTI sendiri mempertahankan perkiraan pertumbuhan PDB pada 0,5% hingga 2,5% di 2023.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sama-sama Jatuh, Tapi RI Hanya Baret, Singapura Luka Berdarah