
Gawat! China Serang Infrastruktur Vital AS

Jakarta, CNBC Indonesia - China dilaporkan mulai menyerang infrastruktur vital milik Amerika Serikat (AS). Hal ini diketahui dari temuan Microsoft pada Rabu (24/5/2023).
Dalam laporan itu, Microsoft menyatakan serangan tersebut merupakan serangan dunia maya, di mana peretas yang disponsori oleh Beijing terus melakukan aksinya demi memperoleh informasi intelijen.
"Grup peretas China, dengan nama sandi Volt Typhoon, telah beroperasi sejak pertengahan 2021. Organisasi tersebut tampaknya bekerja untuk mengganggu infrastruktur komunikasi penting antara AS dan Asia," kata Microsoft dalam sebuah pengarahan dikutip CNBC International.
Volt Typhoon mampu menyusup ke organisasi menggunakan kerentanan di rangkaian keamanan siber populer bernama FortiGuard. Setelah mendapatkan akses ke sistem sebuah perusahaan, mereka mencuri dara kredensial pengguna dari paket keamanan dan menggunakannya untuk mencoba mendapatkan akses ke sistem perusahaan lain.
Menurut Microsoft, mereka belum melakukan kegiatan yang melumpuhkan sistem. Namun, Volt Typhoon hanya fokus pada spionase dan pencurian data.
Infrastruktur di hampir setiap sektor penting telah terpengaruh, termasuk industri komunikasi, transportasi, dan maritim. Organisasi pemerintah juga menjadi sasaran.
"Serangan itu tampaknya sedang berlangsung. Microsoft mendesak pelanggan yang terkena dampak untuk 'menutup atau mengubah kredensial untuk semua akun yang disusupi'."
Badan Keamanan Nasional AS juga mengeluarkan buletin pada hari Rabu, merinci cara kerja peretasan dan bagaimana tim keamanan siber harus merespons.
New York Times melaporkan bahwa badan-badan intelijen AS mengetahui serangan itu pada bulan Februari, sekitar waktu yang sama ketika balon mata-mata China ditembak jatuh. Infiltrasi difokuskan pada infrastruktur komunikasi di Guam dan bagian lain AS.
"Ini sangat mengkhawatirkan intelijen AS karena Guam berada di jantung respons militer Amerika jika terjadi invasi Taiwan," tulis media itu.
Peretas yang didukung pemerintah China telah menargetkan informasi penting dan sensitif dari perusahaan AS sebelumnya. Covington and Burling, sebuah firma hukum terkemuka, diretas oleh tersangka peretas yang disponsori Beijing pada tahun 2020.
Dalam pernyataan bersama dengan badan intelijen internasional dan domestik, Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur (CISA) memperingatkan bahwa serangan China menimbulkan risiko lanjutan terhadap kekayaan intelektual AS.
"Selama bertahun-tahun, China telah melakukan operasi siber yang agresif untuk mencuri kekayaan intelektual dan data sensitif dari organisasi di seluruh dunia," kata direktur CISA Jen Easterly dalam sebuah pernyataan.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi Kisruh, Nasib Warga AS yang Ditahan di China Tak Menentu