Internasional

Obama Komentari Soal Kematian George Floyd & Rasisme di AS

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 June 2020 10:43
Mantan Presiden AS kampanye Barack Obama untuk Demokrat, Senator AS Bill Nelson dan dan kandidat gubernur Andrew Gillum di Miami, Florida, AS 2 November 2018. REUTERS / Joe Skipper
Foto: Mantan Presiden AS kampanye Barack Obama untuk Demokrat, Senator AS Bill Nelson dan dan kandidat gubernur Andrew Gillum di Miami, Florida, AS 2 November 2018. REUTERS / Joe Skipper

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama buka suara soal demo rusuh yang terjadi di AS pasca pembunuhan George Floyd.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Medium pada Senin (1/6/2020), Obama mengatakan bahwa para pendemo patut mendapat rasa hormat dan dukungan karena mayoritas peserta sangat damai, berani, bertanggung jawab, dan menginspirasi.

In a show of peace and solidarity, law enforcement officials with riot shields kneel in front of protesters Monday, June 1, 2020, during a fourth day of protests over the death of George Floyd in Minneapolis. (Curtis Compton/Atlanta Journal-Constitution via AP)Foto: Demo Kematian George Floyd (AP/Curtis Compton)
In a show of peace and solidarity, law enforcement officials with riot shields kneel in front of protesters Monday, June 1, 2020, during a fourth day of protests over the death of George Floyd in Minneapolis. (Curtis Compton/Atlanta Journal-Constitution via AP)



Sementara untuk para pendemo yang melakukan kekerasan, Obama mengimbau mereka untuk berhenti melakukannya dan mencontohkan perilaku yang damai.

"Mereka pantas mendapatkan rasa hormat dan dukungan kita, bukan penghukuman - sesuatu yang oleh polisi di kota-kota seperti Camden dan Flint layak dihormati," tulis Presiden AS ke-44 itu.

"Di sisi lain, minoritas kecil orang-orang yang menggunakan kekerasan dalam berbagai bentuk, entah karena amarah yang murni atau oportunisme belaka, menempatkan orang-orang tak berdosa dalam bahaya, menambah kerusakan lingkungan yang sering kekurangan layanan dan investasi dan mengurangi penyebab yang lebih besar."

"Saya melihat seorang wanita kulit hitam tua yang diwawancarai hari ini menangis karena satu-satunya toko kelontong di lingkungannya telah hancur. Jika sejarah adalah panduan, toko itu mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali. Jadi jangan biarkan alasan kekerasan, atau merasionalisasikannya, atau berpartisipasi di dalamnya. Jika kita ingin sistem peradilan pidana kita, dan masyarakat Amerika pada umumnya, beroperasi pada kode etik yang lebih tinggi, maka kita harus memodelkan kode itu sendiri."



Lebih lanjut, mantan presiden AS sebelum era Donald Trump itu membahas soal hubungan demo dan sistem peradilan pidana AS. Ia menyarankan salah satu cara yang menurutnya bisa mengubah sistem peradilan AS menjadi lebih baik, yaitu dengan memiliki pemimpin dan pejabat negara yang bertanggungjawab.

"Jadi intinya adalah ini: jika kita ingin membawa perubahan nyata, maka pilihannya bukan antara protes dan politik. Kita harus melakukan keduanya. Kita harus memobilisasi untuk meningkatkan kesadaran, dan kita harus mengatur dan memberikan suara kita untuk memastikan bahwa kita memilih kandidat yang akan bertindak atas reformasi." katanya.

"Semakin spesifik kita dapat mengajukan tuntutan untuk peradilan pidana dan reformasi kepolisian, semakin sulit bagi pejabat terpilih untuk hanya menawarkan saran untuk penyebabnya dan kemudian kembali ke bisnis seperti biasa begitu protes telah berlalu."

Protesters run down a street where a fire was started outside a Gucci store during a rally for George Floyd, Sunday, May 31, 2020, in New York. Protests were held throughout the city over the death of Floyd, a black man in police custody in Minneapolis who died after being restrained by police officers on Memorial Day. (AP Photo/Wong Maye-E)Foto: Demo Kematian George Floyd (AP/Wong Maye-E)
Protesters run down a street where a fire was started outside a Gucci store during a rally for George Floyd, Sunday, May 31, 2020, in New York. Protests were held throughout the city over the death of Floyd, a black man in police custody in Minneapolis who died after being restrained by police officers on Memorial Day. (AP Photo/Wong Maye-E)



Pernyataan Obama itu disampaikan setelah Trump mengeluarkan saran yang menarik kontroversi untuk menenangkan pendemo AS. Trump telah berulang kali mengecam pendemo yang menimbulkan kerusakan dan keributan. Ia bahkan mengancam akan mengerahkan militer AS jika demo tidak bisa juga ditangani.

"Saya memobilisasi semua sumber daya federal dan lokal, sipil dan militer, untuk melindungi hak-hak hukum orang Amerika yang taat," kata Trump dalam pidato di Gedung Putih, Senin.

"Hari ini saya sangat merekomendasikan kepada setiap gubernur untuk mengerahkan Pengawal Nasional dalam jumlah yang cukup sehingga kita mendominasi jalanan. Walikota dan gubernur harus membangun kehadiran yang luar biasa sampai kekerasan diatasi," tambah Trump, sebagaimana dilaporkan CNBC International.

"Jika sebuah kota atau negara menolak untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan properti penduduk mereka, maka saya akan mengerahkan militer Amerika Serikat dan dengan cepat menyelesaikan masalah bagi mereka."



Demo kacau yang terjadi di AS selama sepekan terakhir dipicu oleh tewasnya seorang pria kulit hitam bernama George Floyd di tangan polisi Minneapolis pas Senin pekan lalu. Pria berusia 46 tahun tersebut tewas setelah lehernya ditekan dengan lutut selama hampir delapan menit oleh Derek Chauvin, salah satu dari empat polisi Minneapolis yang menahannya.

Floyd ditangkap para polisi karena dicurigai melakukan transaksi memakai uang palsu senilai US$ 20 (RP 292 ribu) di sebuah toko kelontong. Proses penangkapan Floyd menjadi viral karena terjadi di pinggir jalan besar dan ramai disaksikan orang-orang.

Dari beberapa video yang beredar terlihat bahwa Chauvin menekan leher Floyd dengan lututnya dan mengabaikan Floyd saat ia mengatakan dirinya tidak bisa bernapas. Padahal Floyd saat itu sedang diborgol dan dalam keadaan telungkup. Floyd meninggal di rumah sakit setempat tak lama kemudian.

Banyak yang memandang kekerasan pada Floyd terjadi karena ada hubungannya dengan rasisme. Sejak itu warga AS berbondong-bondong menggelar demo. Namun, sebagian demo berjalan ricuh dan menyebabkan berbagai kerusakan di beberapa kota AS.

Tear gas billows as demonstrators gather in Lafayette Park to protest the death of George Floyd, Sunday, May 31, 2020, near the White House in Washington. Floyd died after being restrained by Minneapolis police officers (AP Photo/Alex Brandon)Foto: Demo Kematian George Floyd di Washington (AP/Alex Brandon)
Tear gas billows as demonstrators gather in Lafayette Park to protest the death of George Floyd, Sunday, May 31, 2020, near the White House in Washington. Floyd died after being restrained by Minneapolis police officers (AP Photo/Alex Brandon)



[Gambas:Video CNBC]


(res/res) Next Article AS Memanas, Trump Resmi Terjunkan Militer Selesaikan Demo

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular