Internasional

Tragedi George Floyd, Memanasnya AS & Rp 292 Ribu

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
02 June 2020 06:39
Infografis: George Floyd, Sosok yang Membuat AS 'Membara'
Foto: Infografis/George Floyd, Sosok yang Membuat AS 'Membara'/Arie Pratama
Jakarta, CNBC IndonesiaAmerika Serikat dilanda demo selama berhari-hari mulai pekan kemarin. Demo tersebut bahkan meluas hingga ke Gedung Putih.

Presiden AS Donald Trump dan keluarga pun harus dilarikan ke bungker bawah tanah. Seorang sumber berkata pada CNN International Minggu (1/6/2020), itu sempat terjadi Jumat (30/5/2020).

Ada tiga negara bagian sudah menyatakan status darurat. Sementara itu, 40 kota juga dikabarkan menerapkan jam malam.

Tentara cadangan AS, Garda Nasional, juga diturunkan. Sebanyak 5.000 pasukan diaktifkan di 15 negara bagian termasuk Washington DC, sementara 2.000 lainnya bersiaga.

Demo besar yang terjadi adalah buntut dari kematian seorang pria AS keturunan Afrika, George Floyd. Ia meregang nyawa 25 Mei lalu, di tangan oknum polisi Minnepolis yang menahannya.

Ia tewas usai lehernya ditekan oleh lutut Derek Chauvin, salah satu dari empat polisi yang menangani laporan tentangnya di hari itu. Padahal ia dalam keadaan sedang diborgol dan menelungkup di pinggir jalan.

Ia bahkan sempat menangis dan memanggil ibunya sesaat sebelum tewas. Dalam video itu terlihat George berkali-kali merintih kesakitan dan mengaku sulit bernafas.

"Lututmu di leherku. Aku tidak bisa bernapas... Mama. Mama," ujar George diiringi dengan rintihan.

Beberapa masyarakat yang berada di lokasi kejadian meminta Chauvin untuk melepaskan lututnya dari leher George. Sayangnya permintaan tersebut tidak diindahkan.

Saat George tidak lagi bergerak dan merintih, ia langsung dibawa ke rumah sakit dengan mobil ambulan. Sesampainya di rumah sakit Hennepin County Medical Center, George dinyatakan meninggal dunia.

Police stand on H Street as demonstrators protest the death of George Floyd, Sunday, May 31, 2020, near the White House in Washington. Floyd died after being restrained by Minneapolis police officers (AP Photo/Alex Brandon)Foto: Demo Kematian George Floyd di Washington (AP/Alex Brandon)
Police stand on H Street as demonstrators protest the death of George Floyd, Sunday, May 31, 2020, near the White House in Washington. Floyd died after being restrained by Minneapolis police officers (AP Photo/Alex Brandon)


Namun tahukah Anda, kejadian yang melatarbelakangi sebenarnya?

Tragedi ini, tulis AFP, bermula saat George ditangkap karena diduga melakukan transaksi memakai uang palsu. Uang yang ia gunakan senilai US$ 20 (Rp 292 ribu).

Laporan itu disampaikan pada 25 Mei siang, ketika Floyd membeli sebungkus rokok dari sebuah toko kelontong, Cup Foods. Pegawai toko melapor ke polisi karena meyakini uang tersebut palsu.

Dalam laporan ke 911 sekitar pukul 20.00 itu, sang pegawai mengaku gerak-gerik Floyd. Dalam transkrip percakapan yang dirilis otoritas setempat, ia meminta Floyd mengembalikan rokok yang dibeli namun ditolak.

Ia bahkan mencurigai Floyd tengah mabuk dan tidak menguasai diri. Tak lama setelahnya, sekitar pukul 20.08, polisi datang ke tempat kejadian dan menghampiri Floyd yang duduk di ujung luar toko.

Meski begitu, dikutip dari BBC, pemilik toko bernama Mike Abumayyaleh mengatakan sebenarnya Floyd adalah sosok yang ramah. "Ia pelanggan yang baik dan tidak pernah membuat masalah," tulis BBC melansir wawancaranya dengan NBC.

Tapi naas, saat itu Abumayyaleh memang tidak berada di toko. Pegawainya yang remaja dikatakannya hanya melakukan prosedur ketika melihat sesuatu yang mencurigakan.

Kematian Floyd di tangan polisi, akhirnya membangkitkan problem "rasisme" di AS. Perlakuan polisi terhadap komunitas kulit hitam AS, memicu demonstrasi besar.

Activists march to the Brooklyn Bridge on Sunday, May 31, 2020, in New York. Demonstrators took to the streets of New York City to protest the death of George Floyd, who died May 25 after he was pinned at the neck by a Minneapolis police officer. (AP Photo/Kevin Hagen).Foto: Demo Kematian George Floyd (AP/Kevin Hagen)
Activists march to the Brooklyn Bridge on Sunday, May 31, 2020, in New York. Demonstrators took to the streets of New York City to protest the death of George Floyd, who died May 25 after he was pinned at the neck by a Minneapolis police officer. (AP Photo/Kevin Hagen).


Dalam catatan BBC, ada beberapa peristiwa kematian warga AS keturunan Afrika yang melibatkan polisi di Minnesota. Pertama terjadi di 2015 melibatkan pria berusia 24 tahun bernama Jamar Clark.

Tanpa dakwaan apapun, ia ditembak dalam keadaan diborgol. Kondisi ketika itu, tidak melawan petugas.

Kedua, Philando Castile pada tahun 2016 lalu. Ia ditembak mati oleh polisi saat mobilnya diminta untuk berhenti di pinggir jalan.

Kala itu, polisi meminta Castile menunjukkan dokumen kartu identitas dan SIM. Ia lalu ditembak karena diduga hendak mengambil senjata.

[Gambas:Video CNBC]






(sef/sef) Next Article AS Mencekam! 3 Negara Bagian Berstatus Darurat, Militer Turun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular