Morgan Stanley Masih Optimis Ekonomi RI Pulih Cepat, Tapi....

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 May 2020 19:51
Morgan Stanley
Foto: Morgan Stanley (REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi global Morgan Stanley (MS) pada laporan sebelumnya mengatakan bahwa ekonomi Indonesia dapat pulih dalam waktu yang cukup cepat dan jadi jawara di antara negara Asia selain Jepang (AxJ) dengan sebuah catatan. Dalam laporan terbarunya, MS terus memonitor perkembangan mobilitas publik & indikator ekonomi di Indonesia dan negara lainnya di Benua Kuning.

MS membagi negara AxJ ke dalam 4 kelompok berdasarkan siapa yang ekonominya lebih cepat pulih pasca pandemi Covid-19. Di posisi pertama ada China. Ekonomi China yang ditopang oleh permintaan domestik serta keberhasilannya lepas dari jeratan belenggu pandemi membuat MS memberikan China ranking pertama di antara negara lain. MS memperkirakan ekonomi China pulih pada kuartal III-2020.

Di peringkat kedua ada Filipina, India & Indonesia. Eksposur yang rendah terhadap resesi global karena ditopang oleh permintaan domestik seperti halnya China membuat ketiga negara ini bisa pulih lebih cepat dibanding negara AxJ lain. Namun MS memberi catatan untuk para runner up.

Asumsi yang digunakan MS adalah wabah Covid-19 mencapai puncaknya pada kuartal II-2020. Jika syarat ini tak bisa dipenuhi, maka ketiga negara yang tadinya ranking dua bisa melorot ke posisi 'bontot'.

Selanjutnya di peringkat tiga ada Korea Selatan dan Taiwan. Kedua negara ini perekonomiannya cenderung bertumpu pada ekspor, sehingga memiliki eksposur yang besar ke pelemahan permintaan dan resesi global. Namun kebijakan yang ditempuh untuk menangani wabah dinilai efektif yang dibarengi dengan perbaikan indikator permintaan domestik membuatnya masih berada di peringkat tiga.

Terakhir di peringkat bontot ada Thailand, Hong Kong, Singapura & Malaysia. MS menilai keempat negara ini jadi yang paling lambat untuk pulih karena terkena pukulan ganda akibat merebaknya wabah Covid-19. Pukulan pertama datang dari pelemahan permintaan global sehingga negara-negara yang berorientasi ekspor tersebut membuat kinerja ekonominya anjlok.

Kedua, pukulan datang dari lockdown yang diterapkan di negara-negara tersebut. Tak bisa dipungkiri, lockdown telah membuat roda perekonomian hampir berhenti berputar. Mobilitas publik yang dibatasi membuat permintaan turun, produksi anjlok dan rantai pasok terganggu. MS memperkirakan keempat ekonomi ini baru bisa pulih pada kuartal pertama tahun depan.



Dalam laporan terbarunya yang dirlis pada 20 Mei lalu, MS menyoroti AxJ terus menyoroti kelanjutan langkah-langkah relaksasi penangan Covid-19 yang lebih kecepatannya berbeda-beda di setiap negara.

Negara di Asia Utara telah semakin jauh dalam melonggarkan pembatasannya. Hal ini berakibat pada kemunculan kasus baru di Cina dan Korea. Namun, skala kasus baru yang muncul relatif kecil.

Di Cina, pembuat kebijakan telah meningkatkan langkah-langkah pengendalian epidemi dan pengujian di daerah yang terkena dampak. Sementara itu di Korea, pemerintahnya tidak ingin kembali memperketat langkah-langkah social distancing mengingat belum adanya infeksi skala besar.

Karena perkembangan yang berbeda, India, Indonesia dan Singapura agak lebih lambat dari yang lain dalam hal memacu kembali perekonomiannya. Di India, lockdown diperpanjang hingga 2 minggu sampai 31 Mei.

Di Indonesia, pembatasan sosial skala besar (PSBB) di Jakarta diperpanjang 2 minggu lagi hingga 4 Juni, meskipun pemerintah berencana untuk menerapkan exit strategy 5 tahap mulai pada Juni.

Sementara itu, Singapura tetap berada di bawah kebijakan circuit breaker hingga 1 Juni, dengan rencana untuk membuka kembali perekonomian secara bertahap mulai 2 Juni nanti.
Indikator Mobilitas Publik yang Dipantau MS

Indikator mobilitas seperti tingkat kemacetan jalan, penggunaan transportasi umum, citymapper, dan indeks mobilitas google menunjukkan bahwa ada peningkatan kegiatan terutama untuk negara yang telah melonggarkan pembatasannya seperti China dan Korea Selatan.

Sebagai perbandingan, walau situasi keparahan Covid-19 mulai mereda dan secara bertahap pelonggaran juga mulai dilakukan, indikator mobilitas di beberapa negara seperti Singapura, Indonesia, India & Filipina masih terbilang berada dalam kondisi tertekan. 
Indikator Mobilitas PublikSumber : Morgan Stanley
Indikator Mobilitas PublikSumber : Morgan Stanley
Indikator Mobilitas PublikSumber : Morgan Stanley


Indikator Ekonomi yang Dipantau MS

Cina masih unggul dalam hal pemulihan ekonomi jika dibandingkan dengan negara AxJ lainnya. Pasokan mengalami perbaikan terlebih dahulu ketimbang permintaan, sementara itu sektor produksi mengungguli sektor jasa.

Saat ini, segmen seperti pengiriman semen, penjualan truk besar, dan penjualan smartphone telah berangsur pulih ke level yang lebih tinggi dari level di awal tahun. Namun untuk segmen seperti hunian hotel dan penerbangan domestik secara umum masih lebih rendah jika dibandingkan dengan awal tahun.

Di Korea, ekspor terus tergerus dengan angka ekspor dalam 10 hari pertama bulan Mei mengalami pelemahan. Dari kondisi bisnis diperkirakan juga masih akan tertekan pada bulan Mei.

Namun, indikator permintaan domestik seperti penjualan ritel department store dalam 11 hari pertama Mei dan pariwisata domestik telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan dari posisi terendah sebelumnya. 

Kelebihan pasokan listrik juga telah surut dari level tertingginya seiring dengan pelonggaran kebijakan social distancing yang ditempuh oleh Korea Selatan.

Di Taiwan, meskipun indikator mobilitas telah membaik, indikator aktivitas ekonomi secara riil masih tampak lemah, khususnya dengan meningkatnya jumlah pekerja yang dirumahkan. 

Di India, indikator makro seperti kredit bank mingguan, aplikasi pengajuan kendaraan mingguan, tingkat pengangguran mingguan dan konsumsi listrik harian masih stabil di level terlemahnya.

Sementara itu, di ASEAN, indikator makro tetap lemah bahkan semakin lemah. Hal ini tercermin dari beberapa indikator seperti anjloknya penjualan mobil di Indonesia untuk bulan April, penurunan volume transaksi properti bulan April di Singapura, amblesnya jumlah penumpang harian untuk penerbangan internasional di Thailand dan peningkatan jumlah pekerja yang secara resmi menerima bantuan di Filipina.
Penjualan Mobil RISumber : Morgan Stanley
Properti SNGSumber : Morgan Stanley
Turis Inter ThaiSumber : Morgan Stanley
Pekerja FilipinoSumber : Morgan Stanley
Bagaimanapun juga ini merupakan indikator yang dinamis dan sangat sensitif terhadap berbagai kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah. Peringkat yang disematkan oleh MS pun masih sebatas perkiraan dengan berbagai asumsi. Artinya, bisa saja terjadi sesuai perkiraan, bisa juga lebih baik dan bahkan juga sangat mungkin untuk lebih buruk. Sekali lagi ini semua sangat bergantung pada upaya penanganan wabah serta penyelamatan ekonomi yang diambil.




TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular