
Lebaran 2020 Memang Beda: Pengusaha Tak Lagi Bisa Mandi Uang
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
22 May 2020 19:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 telah membawa dampak besar terhadap perputaran uang di dunia usaha. Beberapa sektor usaha yang biasanya 'panen' menuai uang kini malah sebaliknya harus gigit jari gara-gara pandemi covid-19.
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin menyebut banyak perbedaan besar antara lebaran tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun-tahun lalu momen lebaran dan beberapa hari setelah lebaran ada peningkatan pendapatan hingga 20%. Karena kan momen libur, dan orang biasanya ingin makan juga di luar," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/5).
Jika dihitung, angka pendapatan sebelum hari lebaran sudah jauh lebih besar dibanding setelah hari H lebaran. 'Panen' terbesar dari para pengusaha utamanya ketika momen berbuka puasa. Restoran banyak yang penuh, bahkan banyak masyarakat yang rela menunggu agar bisa mendapatkan tempat duduk.
"Peningkatannya sekitar 30-40% dari hari normal biasanya. Ini juga yang kami gunakan untuk membayar THR (tunjangan hari raya) karyawan," sebut Emil.
Tahun ini, semuanya jauh dari harapan bahkan menyakitkan. Jangankan untuk memperoleh pendapatan lebih, untuk bertahan di industri saja sudah sulit. Hal ini imbas dari menurunnya pendapatan. "Kalau dihitung angka paling hanya 20% dari waktu normal. Turunnya sampai 80%. Untuk membiayai operasional saja sebenarnya sudah sulit," paparnya.
Selain hotel, pengusaha penyewa mall yang terdiri dari banyak sektor seperti fesyen, restoran hingga jasa juga menyebut sangat merasakan dampak akibat pandemi ini. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak penyewa yang kesulitan membayar lapak sehingga menurun tajamnya pendapatan.
"Bisa dibayangkan, biasanya setiap tahun pendapatan selama satu bulan Ramadhan saja mewakili 30% omzet tahunan. Tahun ini ya sulit, nggak bisa dibandingkan," kata Ketua Umum Himpunan Penyewa Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia Budihardjo Iduansjah kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/5).
(hoi/hoi) Next Article Corona Ganas, Ini Permintaan Pengusaha Sebelum Napas Habis!
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin menyebut banyak perbedaan besar antara lebaran tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun-tahun lalu momen lebaran dan beberapa hari setelah lebaran ada peningkatan pendapatan hingga 20%. Karena kan momen libur, dan orang biasanya ingin makan juga di luar," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/5).
Jika dihitung, angka pendapatan sebelum hari lebaran sudah jauh lebih besar dibanding setelah hari H lebaran. 'Panen' terbesar dari para pengusaha utamanya ketika momen berbuka puasa. Restoran banyak yang penuh, bahkan banyak masyarakat yang rela menunggu agar bisa mendapatkan tempat duduk.
"Peningkatannya sekitar 30-40% dari hari normal biasanya. Ini juga yang kami gunakan untuk membayar THR (tunjangan hari raya) karyawan," sebut Emil.
Tahun ini, semuanya jauh dari harapan bahkan menyakitkan. Jangankan untuk memperoleh pendapatan lebih, untuk bertahan di industri saja sudah sulit. Hal ini imbas dari menurunnya pendapatan. "Kalau dihitung angka paling hanya 20% dari waktu normal. Turunnya sampai 80%. Untuk membiayai operasional saja sebenarnya sudah sulit," paparnya.
Selain hotel, pengusaha penyewa mall yang terdiri dari banyak sektor seperti fesyen, restoran hingga jasa juga menyebut sangat merasakan dampak akibat pandemi ini. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak penyewa yang kesulitan membayar lapak sehingga menurun tajamnya pendapatan.
"Bisa dibayangkan, biasanya setiap tahun pendapatan selama satu bulan Ramadhan saja mewakili 30% omzet tahunan. Tahun ini ya sulit, nggak bisa dibandingkan," kata Ketua Umum Himpunan Penyewa Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia Budihardjo Iduansjah kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/5).
(hoi/hoi) Next Article Corona Ganas, Ini Permintaan Pengusaha Sebelum Napas Habis!
Most Popular