Dampak Covid-19

Pengakuan Pengembang, Properti di Jakarta Paling Parah

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
20 May 2020 17:35
Suasana Gedung Kementrian di Kawasan Jakarta, Rabu 7/8. Pemindahan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Jakarta ke salah satu lokasi di Kalimantan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, mencapai Rp 466 triliun. Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Salah satu komponen utama pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 
Potensinya sangat kasar. Pemetaan potensi aset di Medan Merdeka, Kuningan, Sudirman, dan Thamrin perkiraan Rp 150 triliun. Ini bisa menambal kebutuhan APBN. Tadinya dari APBN butuh Rp 93 triliun. Artinya dengan Rp 150 triliun bisa menutup untuk bangun istana, pangkalan TNI, dan kebutuhan rumah dinas. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Gedung Perkantoran di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbas penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sektor properti menjadi salah satu yang paling terkena dampak. Direktur PT. Ciputra Development TBK (CTRA) Harun Hajadi mengakui bahwa wilayah dengan penerapan PSBB menjadi yang paling parah kena dampak.

"Saat ini terjadi penurunan (penjualan) yang signifikan adalah Jakarta. Kita melihat yang bagus itu justru Semarang, Jateng itu menurut kita luar biasa, Sumatera Utara Medan pasar masih kuat sekali," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (20/5).

Namun, perbedaan itu disebut Harun menjadi berkah tersendiri bagi Ciputra, sehingga bisa terjadi subsidi silang antar wilayah. Kembali lagi, penyebabnya adalah perbedaan waktu dari penerapan masing-masing PSBB di sejumlah wilayah.



"Kita punya proyek lebih dari 35 kota di seluruh Indonesia, dimana masing-masing daerah punya ciri-ciri sendiri. Tapi kita beruntung dengan diversifikasi dari geografis ini, kadang-kadang satu daerah mengalami penurunan, tapi ditutup oleh daerah lain yang terjadi peningkatan. Diversifikasi ini justru bantu perusahaan," sebut Harun.

Kebijakan terbaru pemerintah akan sangat menentukan bagaimana perkembangan bisnis properti ke depannya. Ia terus memantau kebijakan terbaru yang dikeluarkan Pemerintah.

"Kita memang belum merevisi proyeksi kita, karena masih lihat setelah adanya pelonggaran PSBB yang akan dilakukan di Jakarta minggu pertama bulan Juni nanti," sebutnya.

Pada April, penjualan properti Ciputra drop sampai 37%. Ini merupakan yang terparah sepanjang 2020.

"Sampai 31 Maret 2020 penjualan kita 2% lebih baik dari pada 2019, nah di April ini lah kita terjadi penurunan, sampai dengan 30 April penjualan kita turun 37% yoy. Itu memang disebabkan karena lemahnya pasar di bulan April," kata Harun.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Rumah Tak Laku, Penjualan Hancur-Hancuran, Nyungsep 40%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular