Rumah Tak Laku, Penjualan Hancur-Hancuran, Nyungsep 40%

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
14 May 2020 10:12
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi corona berdampak pada minat pasar atau konsumen untuk memiliki rumah. Pandemi corona yang baru diumumkan Maret 2020, tapi dampak terasa ke sektor properti sudah sangat luar biasa.

Ini terlihat dari Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI). BI mencatat penjualan properti residensial pada kuartal I-2020 juga mengalami kontraksi yang dalam jika dibanding periode sebelumnya. 

Hasil survei harga properti residensial mengindikasikan bahwa penjualan properti residensial mengalami kontraksi yang cukup dalam sebesar -43,19% (yoy), jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh terbatas sebesar 1,19% (yoy). Penurunan penjualan properti residensial tersebut terjadi pada seluruh tipe rumah.



Salah satu faktor pemicu dari terhambatnya penjualan properti residensial adalah suku bunga KPR yang dirasa masih tinggi menurut sejumlah responden yang disurvei (17,9%) meskipun rata-rata suku bunga KPR untuk kuartal I-2020 tercatat sebesar 8,92% dan telah turun dari kuartal sebelumnya sebesar 9,12%. Maklum sebagian besar (74,73%) dari konsumen masih mengandalkan pembiayaan KPR untuk membeli properti residensial.

Faktor lain yang juga jadi penghambat penjualan properti residensial adalah kondisi darurat akibat pandemi Covid-19 yang tengah merebak (15,8%), perizinan/birokrasi (15,5%), kenaikan harga bahan bangunan (15,3%), dan proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR di perbankan (13,8%).

Responden memprakirakan pertumbuhan harga properti residensial akan semakin terbatas. "Perlambatan IHPR diprakirakan akan berlanjut pada triwulan II-2020 dengan tumbuh sebesar 1,56% (yoy)" tulis BI.

Survei ini dilakukan terhadap pengembang proyek perumahan di 18 kota, Jabodetabek da Banten, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Manado, Makassar, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Bandar Lampung, Palembang, Padang, Medan, Batam, Balikpapan, Pekanbaru, dan Samarinda.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Rumah Susah Laku, Penjualan Anjlok 40%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular