
Ternyata Ini Pekerjaan Bakal Paling Dicari Saat New Normal
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
20 May 2020 13:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 telah banyak memangkas pekerja di sektor industri hingga menciptakan banyak pengangguran baru. Pandemi ini juga melahirkan era New Normal yang belum tahu sampai kapan, saat banyak perusahaan bekerja secara efisien tanpa banyak tenaga kerja sehingga pekerjaan dari pendidikan kejuruan dan vokasi bisa ada peluang karena menyiapkan ragam kemampuan.
Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan Anton J. Supit mengatakan selama pandemi banyak perubahan kebiasaan kerja di banyak sektor, di mana layanan dokter kini sudah bisa diakses dengan mudah dengan layanan digital, dan banyak lainnya. Pekerjaan sektor digital makin dibutuhkan saat orang menuju hidup New Normal.
"New normal, yang berkembang adalah menuju digitalisasi, tapi memang tak semua bisa digitalisasi," kata Anton kepada CNBC Indonesia, Rabu (20/5).
Untuk itu, tugas dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Ketenagakerjaan untuk menyiapkan sektor pekerjaan masa depan terutama pada New Normal. Kemenperin bisa menyiapkan sektor-sektor yang dibutuhkan dan kemenaker yang bertugas melakukan peningkatan sumber daya manusia.
"Setelah digital, sektor pertanian yang juga tak kalah penting, orang bisa pesan digital tapi bagaimana hasil produksinya," katanya.
Ia bilang covid-19 membuat orang bekerja secara efisien, artinya suatu profesi bisa memiliki ragam kemampuan. Ini karena ke depannya tuntutan era New Normal tenaga kerja harus punya skill yang beragam dan itu bisa ditopang dari pendidikan vokasi seperti Diploma III, yang lebih responsif dari kebutuhan pasar industri.
Anton mencontohkan dengan pendidikan vokasi seperti di luar negeri, seorang profesi flight engineer tapi kemampuan dasarnya justru ahli las. Selain itu, pekerja keamanan, bisa punya kemampuan P3K dan lainnya.
"Sekarang menurut saya vokasi sangat penting, selama ini kita tak efisien," katanya.
Persaingan Makin Ketat
Pandemi Covid-19 mendorong dunia usaha terbiasa bekerja secara efisien, tanpa butuh banyak orang, setelah mereka PHK dan merumahkan pekerja. Ia bilang untuk kondisi normal ekonomi masih perlu waktu yang cukup lama, tak langsung seketika.
"Sekarang kalau ekonomi tak maju, kalau perubahan tak ada, bagaimana menerima karyawan, memang perusahaan tak akan setop 100% terima karyawan, untuk pekerjaan vital bakal masih terima, tapi yang berhenti dan masuk tak berimbang," katanya.
Ia mengatakan saat ini perusahaan-perusahaan yang masih bertahan tetap mengencangkan ikat pinggang dengan menghentikan sementara penerimaan pekerja baru. Sementara yang terdampak parah sudah pasti banyak melepas pekerjanya dengan PHK maupun merumahkan dan belum tentu langsung merekrut pekerja saat kondisi 'New Normal'.
"Setelah corona, konsolidasi dulu, ibarat kena tsunami, pabrik atau perusahaan memikirkan dulu, tapi tak berarti penerimaan karyawan nol, tapi memang tak menjadi massal, kalau pun rekrut orang-orang yang kena PHK dan sudah pengalaman," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan Anton J. Supit mengatakan selama pandemi banyak perubahan kebiasaan kerja di banyak sektor, di mana layanan dokter kini sudah bisa diakses dengan mudah dengan layanan digital, dan banyak lainnya. Pekerjaan sektor digital makin dibutuhkan saat orang menuju hidup New Normal.
"New normal, yang berkembang adalah menuju digitalisasi, tapi memang tak semua bisa digitalisasi," kata Anton kepada CNBC Indonesia, Rabu (20/5).
"Setelah digital, sektor pertanian yang juga tak kalah penting, orang bisa pesan digital tapi bagaimana hasil produksinya," katanya.
Ia bilang covid-19 membuat orang bekerja secara efisien, artinya suatu profesi bisa memiliki ragam kemampuan. Ini karena ke depannya tuntutan era New Normal tenaga kerja harus punya skill yang beragam dan itu bisa ditopang dari pendidikan vokasi seperti Diploma III, yang lebih responsif dari kebutuhan pasar industri.
Anton mencontohkan dengan pendidikan vokasi seperti di luar negeri, seorang profesi flight engineer tapi kemampuan dasarnya justru ahli las. Selain itu, pekerja keamanan, bisa punya kemampuan P3K dan lainnya.
"Sekarang menurut saya vokasi sangat penting, selama ini kita tak efisien," katanya.
Persaingan Makin Ketat
Pandemi Covid-19 mendorong dunia usaha terbiasa bekerja secara efisien, tanpa butuh banyak orang, setelah mereka PHK dan merumahkan pekerja. Ia bilang untuk kondisi normal ekonomi masih perlu waktu yang cukup lama, tak langsung seketika.
"Sekarang kalau ekonomi tak maju, kalau perubahan tak ada, bagaimana menerima karyawan, memang perusahaan tak akan setop 100% terima karyawan, untuk pekerjaan vital bakal masih terima, tapi yang berhenti dan masuk tak berimbang," katanya.
Ia mengatakan saat ini perusahaan-perusahaan yang masih bertahan tetap mengencangkan ikat pinggang dengan menghentikan sementara penerimaan pekerja baru. Sementara yang terdampak parah sudah pasti banyak melepas pekerjanya dengan PHK maupun merumahkan dan belum tentu langsung merekrut pekerja saat kondisi 'New Normal'.
"Setelah corona, konsolidasi dulu, ibarat kena tsunami, pabrik atau perusahaan memikirkan dulu, tapi tak berarti penerimaan karyawan nol, tapi memang tak menjadi massal, kalau pun rekrut orang-orang yang kena PHK dan sudah pengalaman," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular