Duh, Harga Rumah Mewah Paling Terjun Bebas

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 May 2020 17:12
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga rumah bekas anjlok efek pandemi Covid-19 yang melanda sudah hampir 3 bulan. Untuk rumah bekas kelas atas, penurunannya sudah terkoreksi sampai 30% sedangkan rumah menengah ke bawah turun 10% dari harga normal. Sedangkan untuk rumah baru kenaikannya makin tipis terutama pada segmen rumah mewah, bisa cek di sini.

Kondisi ini menjadi kesempatan bagi investor yang memiliki dana lebih untuk berinvestasi di sektor properti.

Dari penelusuran CNBC Indonesia, di Sentul City, Bogor misalnya, untuk rumah dengan luas tanah 120m2, luas bangunan 53m2, 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi, harga rumah bekasnya kini berada di kisaran Rp 700 jutaan. Padahal, harga normal jauh sebelum ada pandemi covid berada di kisaran Rp 1,5 miliar. 



Seorang broker properti di kawasan tersebut kepada CNBC Indonesia mengatakan kondisi rumah umumnya sudah ditempati oleh pemilik sebelumnya berkisar 5-10 tahun. 

"Transaksi ada pada beberapa waktu ke belakang. Masih ada saja yang ambil, mungkin karena harganya yang murah jadi tetap ambil," ungkapnya.

Ia menjelaskan, beberapa calon pembeli umumnya menggunakan video call untuk melihat-lihat kondisi rumah. Jika merasa cocok maka akan dilanjutkan untuk melihat kondisi langsung.

Pada perumahan kelas menengah bawah seperti di Depok, penuruna harga rumah bekas memang terjadi, tapi tak signifikan pada rumah kelas atas. "Bisa turun tapi kalau rumahnya nggak terlalu tinggi harganya, turun pun nggak begitu besar ya," kata Tenaga Marketing Broker dari Global Realty, Darus kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/5).

Ia menjual sejumlah rumah bekas di laman e-commerce jual beli barang bekas antara lain di Kalimulya Depok dengan harga Rp 350 juta untuk luas tanah 70m2 dan luas bangunan 45m2 . Sementara ada yang lebih murah yakni rumah dengan luas tanah 60 m2 dan luas bangunan sebesar 50m2 dengan harga Rp 340 juta, harganya relatif miring dari sebelumnya.

Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong menyebut koreksi rumah bekas saat ini sudah melebihi tahap kewajaran. "Koreksi di market bisa 20-30% untuk properti seperti rumah mewah dan ruko strategis yang harganya di atas Rp 1 miliar," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/5).

Mengenai harga properti yang berada di bawah Rp 500 juta, juga tetap mengalami penurunan harga, meski tidak separah harga properti dengan harga yang lebih tinggi. "Saya pikir koreksi nggak banyak karena harga riil market. Kalau koreksi maksimum di 10%," katanya.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Rumah Tak Laku, Penjualan Hancur-Hancuran, Nyungsep 40%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular