Pak Jokowi, Mau Lebaran Harga Bawang Merah & Ayam Makin Mahal

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 May 2020 15:33
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak  mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi.
 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Baru disentil Presiden Joko Widodo (Jokowi), harga gula pasir naik lagi hari ini dan harga bawang merah terus meroket. Bersama dengan gula pasir, bawang merah dan daging ayam harga sembako lainnya yang naik hari ini yaitu minyak goreng dan cabai.

Jumat (15/5/2020), hari ini bertepatan dengan pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk PNS, POLRI & TNI sekaligus H-8 hari raya Idul Fitri beberapa harga bahan pokok di pasar tradisional Tanah Air terpantau naik. 

Per hari ini 1 Kg minyak goreng kemasan bermerek harganya naik 0,7% dibanding kemarin menjadi Rp 14.100. Harga cabai juga naik secara harian. Untuk jenis cabai merah keriting harganya naik 0,2% menjadi Rp 27.000/Kg, sedangkan untuk jenis cabai rawit merah harganya naik 0,6% ke Rp 34.400/Kg.

Dua bahan pokok yang tengah menjadi sorotan Jokowi yakni gula pasir dan bawang merah juga naik hari ini. Setelah turun dalam beberapa hari, harga gula pasir kembali naik. Hari ini 1 Kg gula pasir lokal dibanderol Rp 17.450 atau naik 0,3%. 



Harga ini masih sangat jauh dari harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 12.500/Kg. Faktor yang memicu terjadinya kenaikan harga gula dalam dua bulan terakhir adalah menipisnya pasokan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui bahwa ada kendala dari sisi impor gula karena beberapa daerah di negara lain ada pembatasan atau lockdown. Indonesia masih mengandalkan impor gula sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan domestik. 

Maklum kebutuhannya besar, sementara produksi tak mencukupi dan jumlah pabrik gula di Indonesia masih sedikit. Artinya sekarang ketersediaan gula tinggal dipengaruhi oleh alur distribusinya. Di sini lah letak kerawanan dimainkannya alur distribusi gula.

Melihat harga gula yang tak turun-turun dan membuat Jokowi heran, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ferry Juliantono ikut angkat bicara soal harga gula. Ferry mengaku heran mengapa presiden baru mengetahui permasalahan ini.

"Ini sudah pernyataan presiden kedua tentang keheranannya terhadap gula ya kan. Pertama, saya menjawab saya yang heran kenapa presiden baru tahu, misalkan gula. Gula itu pabriknya bisa dihitung jari. Swasta berapa, BUMN berapa. Itu bisa langsung diatur di situ," kata Ferry kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/5/2020).

Sehingga untuk saat ini pemerintah harus benar-benar memastikan pasokan gula tersedia dan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu pemerintah harus terus mengawal pendistribusian gula pasir secara ketat agar tidak ada kecurangan-kecurangan yang terjadi.

Tingginya harga gula dalam beberapa bulan terakhir ini merupakan masalah yang sudah sangat 'kebangetan'. Harga gula pasir tak bisa dibiarkan naik terus menerus. Harus ada langkah konkret dan tegas dari pemerintah. 

Masalah tak hanya datang dari harga gula pasir saja. Harga bawang merah pun terus meroket. Kini ketika konsumen berbelanja di pasar tradisional, untuk mendapatkan 1 Kg bawang merah harganya sudah di atas Rp 50.000. 

Harga bawang merah telah naik lebih dari 7% di bulan ini saja. Kenaikan ini dikaitkan dengan turunnya produksi bawang merah akibat banjir yang merendah lebih dari 600 hektare lahan petani di Brebes Februari lalu. Petani juga mengaku ada ancaman mereka tak dapat menanam bawang merah lagi karena harga bibit yang sudah terlampau mahal.

Mengekor harga gula pasir dan bawang merah, harga daging ayam ras segar juga melonjak tinggi. Terhitung sejak 4 Mei 2020 harga ayam sudah naik 12,4%. Kini 1 Kg daging ayam ras segar dibanderol Rp 32.550/Kg di pasar-pasar tradisional dalam negeri.

Tiga harga sembako ini sudah melonjak tinggi. Momennya memang sedang puasa dan kurang dari 10 hari lagi lebaran. Namun ada yang perlu dicermati. Ramadan tahun ini ada yang berbeda dengan puasa tahun-tahun sebelumnya. Ada wabah yang merebak, yakni Covid-19.

Merebaknya wabah Covid-19 di Indonesia telah menjadi pukulan keras bagi perekonomian RI. Gara-gara wabah Covid-19 pengangguran di Tanah Air merajalela. Konsumen menjadi pesimis memandang perekonomian. Daya beli cenderung turun dan konsumen cenderung menahan uangnya. 

Sehingga lonjakan harga yang signifikan ini tampaknya bukan seperti yang sudah-sudah karena permintaan melonjak. Pemerintah harus menyelidiki betul penyebab dari masing-masing kenaikan harga sembako ini. 

Pasalnya Bank Indonesia (BI) meramal bulan puasa ini bukannya inflasi, tetapi justru deflasi. Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) hingga pekan pertama, diperkirakan tidak ada inflasi pada Mei 2020. Justru diramal terjadi deflasi -01% secara bulanan (month-om-month/MoM).

Penyumbang utama deflasi, lanjut laporan BI, antara lain berasal dari komoditas telur ayam ras (-0,08%), bawang putih (-0,04%), cabai merah (-0,03%), cabai rawit (-0,03%), kangkung, bayam, dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01%.

Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu bawang merah (0,03%), daging ayam ras (0,02%), jeruk dan air minum kemasan masing-masing sebesar 0,01%.




TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Cabai & Bawang Merah Makin Perih di Awal Puasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular