Tidak Hanya di Indonesia, PHK Massal Terjadi di Seluruh Dunia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 May 2020 18:20
Infografis: Ledakan PHK yang Terus Terjadi Gegara COVID-19
Foto: Infografis/Ledakan PHK yang Terus Terjadi Gegara COVID-19/Arie Pratama
Beberapa negara di Asia, Australia, Eropa dan AS sudah mulai memutar kembali roda perekonomiannya dengan melonggarkan lockdown. Namun, ini bukan solusi final. Untuk bisa kembali normal seperti era pra-pandemi, diperkirakan perlu beberapa bulan, bahkan tahun. 

Oleh karena itu, ada kemungkinan para korban PHK sulit terserap lagi hingga perekonomian sepenuhnya normal. 

Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bob Azam menilai hal itu berpotensi terjadi. Namun, bergantung juga pada intensitas kesibukan bekerja di perusahaan terkait. Ia mencontohkan restoran cepat saji yang seharusnya ditopang dengan jumlah sumber daya manusia berbeda pada tiap waktunya.

"Mungkin aja korban PHK sulit terserap lagi, tapi harus datang dari customer-nya. Kalau restoran mau gunakan pegawai 50% tapi customer selalu ramai, ya bisa saja terserap lagi. Produsen akan antisipasi the new normal ini," katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (14/5).

Solusi yang paling realistis menurut Bob adalah memaksimalkan pegawai part time dengan gaji per jam, sehingga sumber daya bisa bermanfaat optimal ketika memang dibutuhkan. Namun, di sisi lain ini menimbulkan masalah baru karena tidak terserapnya pegawai secara waktu penuh.

"Makanya nanti kita harus realistis setelah banyak orang dirumahkan PHK. How to recover itu akan mulai dengan job yang sifatnya jam-jaman. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya jam-jam-an half time, part time. Itu harus dikembangkan karena itu masih ada," katanya.



Ia menilai banyaknya kebutuhan pegawai full time baru akan dirasa pada setelah ekonomi berjalan normal. Perkiraan bahkan masih beberapa tahun ke depan. China bisa memberikan gambaran kemungkinan terjadinya hal tersebut. China sudah berhasil menanggulangi penyebaran virus corona, jumlah kasus tertahan di bawah 83.000 kasus. 

Pada bulan Januari-Februari lalu, tingkat pengangguran China sebesar 6,2%, naik dibandingkan posisi akhir tahun sebesar 5,2%. Untuk diketahui, China biasanya menggabungkan rilis data tingkat pengangguran Januari-Februari dikarenakan libur panjang hari Raya Imlek antara Januari dan Februari. 

Di bulan Maret, China mulai memutar kembali roda perekonomiannya, hal tersebut tercermin dari purchasing manager index (PMI) manufaktur yang melesat naik menjadi 52, dibandingkan bulan Februari sebesar 35,7. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atasnya berarti ekspansi, sementara di bawah 50 berarti kontraksi. 

Data PMI tersebut menunjukkan sektor manufaktur China kembali berekspansi di bulan Maret, setelah terkontraksi tajam bulan sebelumnya. Di saat yang sama, tingkat pengangguran China turun menjadi 5,9%. 



Namun, data terbaru yang dirilis hari ini menunjukkan tingkat pengangguran China kembali naik menjadi 6% di bulan April. Hal tersebut bisa memberikan gambaran awal jika korban PHK masih belum terserap kembali dalam waktu singkat. 

Selama virus corona masih berkeliaran di muka bumi ini, aktivitas ekonomi untuk kembali normal tentunya membutuhkan waktu yang lama.



Saat lockdown dilonggarkan, negara harus menghadapi risiko penyebaran gelombang kedua. China sudah menghadapi hal tersebut, sehiingga berujung pada temuan kasus baru di kota Shulan, sehingga provinsi Jilin di-lockdown hingga akhir Mei.

Selain China, Korea Selatan juga menjadi sorotan, jumlah kasus Covid-19 kembali mengalami peningkatan setelah lockdown dilonggarkan. Jumlah kasus hari ini dilaporkan bertambah 26 kasus, padahal beberapa pekan lalu Korsel melaporkan penambahan kasus 1 digit bahkan sempat zero infection

Penyebaran kasus baru di Negeri Ginseng tersebut terjadi di sebuah klub, dan hingga saat ini sudah lebih dari 150 orang dinyatakan positif yang terkait dengan klub tersebut. 

Oleh karena itu, roda perekonomian masih akan berputar dengan lambat selama belum ada obat ataupun vaksi Covid-19, dan pasar tenaga kerja berisiko lesu dalam waktu yang cukup lama. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular