
Karena China, Kapal Malaysia Tinggalkan Laut China Selatan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah kapal eksplorasi minyak yang dikontrak oleh perusahaan energi negara Malaysia, Petronas, terlibat dalam perselisihan dengan kapal survei China di wilayah Laut China Selatan selama beberapa bulan terakhir.
Namun, kapal Petronas telah meninggalkan Laut China Selatan pada Selasa (12/5/2020), kata tiga sumber keamanan dan operator kapal, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Petronas telah melakukan kegiatan eksplorasi di dekat daerah yang diklaim oleh Malaysia dan Vietnam serta oleh China sejak akhir tahun lalu. Namun pada pertengahan April, kapal survei pemerintah China Haiyang Dizhi 8, mulai beroperasi di daerah itu. Haiyang Dizhi 8 dikawal oleh penjaga pantai dan kapal-kapal Milisi Maritim China.
"West Capella, kapal yang dikontrak Petronas, meninggalkan perairan karena telah menyelesaikan kegiatan eksplorasi di daerah itu," kata sumber anonim kepada Reuters.
Kontrak Petronas atas kapal itu dengan perusahaan pengeboran lepas pantai Seadrill dijadwalkan berakhir bulan ini.
Direktur komunikasi Seadrill, Iain Cracknell, telah mengkonfirmasi bahwa West Capella telah meninggalkan daerah itu setelah menyelesaikan pekerjaan yang direncanakan.
Namun, kapal pemerintah China, Haiyang Dizhi 8, masih berada di daerah itu. Menurut situs web pelacakan kapal Marine Traffic, kapal itu berada di sekitar 371 km di lepas pantai Borneo Malaysia.
Data menunjukkan, kapal itu telah bergerak di dalam zona ekonomi eksklusif Malaysia dalam pola berbentuk hash yang konsisten sambil melakukan survei, seperti yang dilakukannya saat sedang terlibat ketegangan di perairan Vietnam tahun lalu.
Inisiatif Transparansi Maritim Asia (AMTI) yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa kebuntuan China-Malaysia itu telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Namun demikian, China membantah sedang terlibat kebuntuan dan mengatakan bahwa Haiyang Dizhi 8 sedang melakukan kegiatan normal.
Meski demikian, insiden itu telah mendorong AS untuk meminta China menghentikan "perilaku intimidasi"-nya di perairan yang disengketakan itu.
Sebagaimana diketahui, China telah mengklaim hampir semua wilayah Laut China Selatan yang kaya energi. Wilayah yang juga merupakan rute perdagangan utama itu juga diperebutkan oleh Filipina, Brunei, Vietnam, Malaysia dan Taiwan.
(res) Next Article Klaim China di Laut China Selatan Makan Korban Lagi: Petronas
