
Malaysia & China Siap Berunding soal Sengketa LCS, RI Diajak?

Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia dilaporkan siap memulai pembicaraan dengan China terkait sengketa Laut China Selatan.
Kabar tersebut disampaikan kantor berita Bernama, mengutip Perdana Menteri Anwar Ibrahim, Senin (3/3/2023), namun tidak memerinci sengketa mana atau wilayah Laut China Selatan mana yang dimaksud Anwar.
Adapun, China mengeklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan, yang dilalui kapal dagang bernilai sekitar US$ 3 triliun setiap tahunnya. Malaysia, Brunei, Filipina, Taiwan, Vietnam, hingga Indonesia memiliki beberapa klaim yang tumpang tindih.
Masalah ini diangkat pada pertemuan antara Anwar dan Presiden China Xi Jinping di China pekan lalu karena Malaysia memiliki proyek eksplorasi energi di daerah tersebut.
"China juga mempertaruhkan klaim atas wilayah itu. Saya katakan sebagai negara kecil yang membutuhkan sumber daya minyak dan gas, kita harus melanjutkan, tetapi jika syaratnya harus ada negosiasi, maka kita siap untuk bernegosiasi," kata Anwar.
China telah mempertaruhkan klaimnya atas sekitar 90% Laut China Selatan melalui sembilan garis putus-putus (nine-dash line) berbentuk U pada petanya yang dinyatakan tidak sah pada 2016 oleh putusan arbitrase internasional, yang tidak diakui oleh Beijing.
Upaya negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk bernegosiasi dengan China atau bersama-sama melakukan aktivitas energi gagal membuat terobosan.
Perusahaan minyak negara Malaysia Petronas mengoperasikan beberapa ladang minyak dan gas di Laut Cina Selatan dalam zona ekonomi eksklusif 200 mil lautnya.
Kapal China dalam beberapa tahun terakhir melewati atau bertahan di dekat operasi Petronas, yang memicu protes dari Malaysia.
Pada 2021, Malaysia memanggil duta besar China untuk menyampaikan protesnya terhadap "perambahan" perairannya oleh kapal-kapal Beijing. Pada 2020, kapal survei China lainnya mengalami kebuntuan selama sebulan dengan kapal eksplorasi minyak yang dikontrak oleh Petronas di zona ekonomi eksklusif Malaysia.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Apa dengan Peta Baru China, Kenapa Acak-Acak Tetangga RI?