Harga BBM Turun Harga Sembako Ikut Turun? Belum Tentu...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 May 2020 13:17
Pengendara mengisi BBM di Salah satu SPBU, Kuningan, Jakarta, Minggu (10/2). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sah saja jika menilai semestinya harga BBM di Indonesia turun ketika harga minyak dunia anjlok sampai minus. Namun perlu dicatat bahwa komponen pembentuk harga BBM bukan cuma harga minyak.

Salah satu komponen penting lainnya adalah nilai tukar. Ini yang jadi masalah, karena rupiah cenderung melemah sepanjang tahun ini.

Pada pukul 12:01 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.890 di mana rupiah melemah 0,27%. Sejak awal tahun, rupiah melemah 7,28% di hadapan mata uang Negeri Paman Sam.




Kebutuhan BBM dalam negeri belum bisa dipenuhi secara mandiri, masih mengandalkan impor. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor produk pengolahan minyak (salah satunya BBM) pada 2019 bernilai US$ 13,67 miliar.

Kala rupiah melemah, biaya untuk impor menjadi semakin mahal. Kenaikan biaya impor ini tentu masuk ke komponen pembentukan harga.

Selain itu, penurunan harga BBM juga tidak akan banyak membantu meredam inflasi. Harga kebutuhan pokok tentu turun, tetapi tidak bisa terlalu banyak.

Sebab biaya BBM hanya satu dari begitu banyak komponen pembentuk harga sembako. Di Indonesia, harga kebutuhan pokok lebih ditentukan oleh seberapa panjang rantai yang harus dilalui dari produsen ke konsumen. Semakin panjang rantainya, maka harga yang harus dibayar oleh konsumen jadi semakin mahal.

Misalnya perdagangan beras di DKI Jakarta, melibatkan pola distribusi paling panjang se-Indonesia Raya karena ibu kota tidak menghasilkan beras sendiri, harus didatangkan dari daerah atau negara lain. Perdagangan beras di Jakarta melibatkan importir, pedagang pengepul, agen, distributor, sub-distributor, pedagang grosir, pedagang eceran, baru ke konsumen.

Ini membuat Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) beras di Jakarta mencapai 28,02%. Artinya harga dari produsen sampai ke konsumen bertambah rata-rata 28,02%. MPP Jakarta jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata nasional yaitu 20,83%.

berasBadan Pusat Statistik

Penurunan harga BBM tidak akan banyak membantu selama rantai perdagangan sembako masih belum efisien. Jika rantai perdagangan masih panjang, konsumen sulit mendapatkan harga yang kompetitif.



(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular