
Harga Bawang Merah Masih Bandel, Harga Ayam Mengekor
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 May 2020 15:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki hari ke-18 bulan suci Ramadan, harga bawang merah masih membandel. Sejak awal Mei harga bawang merah terus mengalami kenaikan, sementara di waktu yang sama harga daging ayam ras segar juga mengalami kenaikan secara nasional.
Harga bawang merah nasional kini sudah tembus 50 ribu per kilogram. Senin (11/5/2020) harga bawang merah nasional dibanderol Rp 51.600/Kg. Harga bawang merah tertinggi dijumpai di Provinsi Papua Barat (Rp 80.000/Kg), Papua (Rp 75.350/Kg) dan Aceh (Rp 63.000/Kg).
Artinya sejak awal bulan ini yang terhitung mulai dari 4 Mei 2020, harga bawang merah di pasar tradisional Tanah Air mengalami kenaikan sebesar 5,6%. Lonjakan harga bawang merah ini dipicu oleh menipisnya stok di pasaran. Bahkan di beberapa daerah seperti Aceh sempat kosong.
Selain komoditas bawang merah, harga daging ayam ras segar juga mengalami kenaikan. Bahkan kenaikannya lebih signifikan ketimbang harga bawang merah. Per hari ini 1 Kg daging ayam dihargai Rp 30.750. Artinya sejak 4 Mei lalu, harga ayam ras segar telah naik 6,2%.
Sementara itu harga komoditas lain cenderung mengalami penurunan. Harga gula pasir yang sempat melesat signifikan, kin telah turun di bawah Rp 18.000/Kg. Harga komoditas lain yang juga mengalami penurunan signifikan yakni dari golongan cabai.
Cabai merah keriting merupakan komoditas pangan strategis yang harganya turun paling signifikan sejak awal Mei. Kemudian disusul oleh harga cabai rawit merah. Sejak 4 Mei 2020, kedua jenis cabai tersebut telah turun masing-masing sebesar 8,3% dan 7% hingga hari ini.
Ramadan kali ini memang berbeda dengan yang sudah-sudah. Kalau sebelumnya momen Ramadan biasanya diwarnai dengan puncak konsumsi yang memicu laju inflasi lebih kencang, kali ini ceritanya lain. Bank Indonesia (BI) memperkirakan bulan Mei ini malah akan terjadi deflasi.
Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) hingga pekan pertama, diperkirakan tidak ada inflasi pada Mei 2020. Justru diramal terjadi deflasi -01% secara bulanan (month-om-month/mom).
"Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,74% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,02% (yoy)," sebut laporan BI yang dirilis Jumat (8/5/2020).
Penyumbang utama deflasi, lanjut laporan BI, antara lain berasal dari komoditas telur ayam ras (-0,08%), bawang putih (-0,04%), cabai merah (-0,03%), cabai rawit (-0,03%), kangkung, bayam, dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01%. Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu bawang merah (0,03%), daging ayam ras (0,02%), jeruk dan air minum kemasan masing-masing sebesar 0,01%.
Wabah Covid-19 yang merebak di Tanah Air telah merenggut keceriaan dan hiruk pikuk Ramadan kali ini. Sudah ada 20 wilayah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) per 20 April 2020 untuk menekan laju penyebaran virus. Selama PSBB masyarakat dihimbau untuk belajar, beribadah dan bekerja di rumah masing-masing.
Pembatasan mobilitas publik ini tentu membawa konsekuensi pada melambatnya aktivitas perekonomian. Sektor dunia usaha pun goyah dibuatnya. Gelombang tsunami PHK pun tak terelakkan. Hingga 20 April 2020 data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) menunjukkan ada 2 juta karyawan yang dirumahkan dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dengan adanya PHK, pendapatan masyarakat menjadi tergerus. Daya beli pun melemah. Konsumen yang tadinya optimis menjadi pesimis dan lebih konservatif dalam mengelola uangnya. Akibatnya permintaan pun melambat bahkan melemah. Miris memang.
(twg/twg) Next Article Terus Bandel, Harga Bawang Merah & Daging Ayam 'Terbang'
Harga bawang merah nasional kini sudah tembus 50 ribu per kilogram. Senin (11/5/2020) harga bawang merah nasional dibanderol Rp 51.600/Kg. Harga bawang merah tertinggi dijumpai di Provinsi Papua Barat (Rp 80.000/Kg), Papua (Rp 75.350/Kg) dan Aceh (Rp 63.000/Kg).
Artinya sejak awal bulan ini yang terhitung mulai dari 4 Mei 2020, harga bawang merah di pasar tradisional Tanah Air mengalami kenaikan sebesar 5,6%. Lonjakan harga bawang merah ini dipicu oleh menipisnya stok di pasaran. Bahkan di beberapa daerah seperti Aceh sempat kosong.
Sementara itu harga komoditas lain cenderung mengalami penurunan. Harga gula pasir yang sempat melesat signifikan, kin telah turun di bawah Rp 18.000/Kg. Harga komoditas lain yang juga mengalami penurunan signifikan yakni dari golongan cabai.
Cabai merah keriting merupakan komoditas pangan strategis yang harganya turun paling signifikan sejak awal Mei. Kemudian disusul oleh harga cabai rawit merah. Sejak 4 Mei 2020, kedua jenis cabai tersebut telah turun masing-masing sebesar 8,3% dan 7% hingga hari ini.
Ramadan kali ini memang berbeda dengan yang sudah-sudah. Kalau sebelumnya momen Ramadan biasanya diwarnai dengan puncak konsumsi yang memicu laju inflasi lebih kencang, kali ini ceritanya lain. Bank Indonesia (BI) memperkirakan bulan Mei ini malah akan terjadi deflasi.
Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) hingga pekan pertama, diperkirakan tidak ada inflasi pada Mei 2020. Justru diramal terjadi deflasi -01% secara bulanan (month-om-month/mom).
"Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,74% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,02% (yoy)," sebut laporan BI yang dirilis Jumat (8/5/2020).
Penyumbang utama deflasi, lanjut laporan BI, antara lain berasal dari komoditas telur ayam ras (-0,08%), bawang putih (-0,04%), cabai merah (-0,03%), cabai rawit (-0,03%), kangkung, bayam, dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01%. Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu bawang merah (0,03%), daging ayam ras (0,02%), jeruk dan air minum kemasan masing-masing sebesar 0,01%.
Wabah Covid-19 yang merebak di Tanah Air telah merenggut keceriaan dan hiruk pikuk Ramadan kali ini. Sudah ada 20 wilayah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) per 20 April 2020 untuk menekan laju penyebaran virus. Selama PSBB masyarakat dihimbau untuk belajar, beribadah dan bekerja di rumah masing-masing.
Pembatasan mobilitas publik ini tentu membawa konsekuensi pada melambatnya aktivitas perekonomian. Sektor dunia usaha pun goyah dibuatnya. Gelombang tsunami PHK pun tak terelakkan. Hingga 20 April 2020 data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) menunjukkan ada 2 juta karyawan yang dirumahkan dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dengan adanya PHK, pendapatan masyarakat menjadi tergerus. Daya beli pun melemah. Konsumen yang tadinya optimis menjadi pesimis dan lebih konservatif dalam mengelola uangnya. Akibatnya permintaan pun melambat bahkan melemah. Miris memang.
(twg/twg) Next Article Terus Bandel, Harga Bawang Merah & Daging Ayam 'Terbang'
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular