Internasional

Xi Jinping Didesak Genjot Senjata Nuklir, Ada Apa?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 May 2020 13:32
FILE - This Saturday, Aug. 24, 2019, file photo provided Sunday, Aug. 25, by the North Korean government, shows the test firing of an unspecified missile at an undisclosed location in North Korea. North Korea's relentless, carefully calibrated barrage of firepower - the Sept. 10, test is its eighth since late July - has managed to normalize a martial display of defiance that not too long ago raised fears of war in one of the most dangerous corners of the world. The content of this image is as provided and cannot be independently verified. Korean language watermark on image as provided by source reads:
Foto: Uji coba peluncuran roket berganda super besar di Korea Utara, dalam foto tak bertanggal ini dirilis pada 10 September 2019. KCNA via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan China kian memburuk di tengah mewabahnya virus corona (COVID-19). Padahal, sebelum corona mewabah, AS-China sudah terlibat berbagai perselisihan.

Ketegangan keduanya mulai dari soal teknologi, perdagangan, hingga Laut China Selatan. Di tengah memanasnya hubungan kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu, muncul seruan agar China meningkatkan kapasitas senjata nuklirnya.

Seruan itu disampaikan oleh kepala redaksi tabloid nasionalistik Global Times, Hu Xijin, sebagaimana ditulis South China Morning Post. Dalam sebuah postingan di media sosial Weibo, Xijin mengatakan bahwa China harus meningkatkan hulu ledak nuklirnya menjadi 1.000.

Termasuk meningkatkan kapasitas rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dimiliki 'DF-41' sehingga dapat mencapai daratan AS. DF-41 merupakan ICBM berbasis darat yang paling kuat milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. 

Sebanyak 16 di antaranya pernah dipamerkan dalam parade militer Hari Nasional di Beijing pada Oktober lalu. Masing-masing rudal mampu membawa hingga 10 hulu ledak nuklir.

Posting Hu itu mendapat dukungan luas di pengguna Weibo, aplikasi mirip Twitter milik China. Sejumlah masyarakat mendukung langkah itu, bila dilakukan pemerintah Presiden Xi Jinping.

Menanggapi pernyataan Hu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mengatakan bahwa pendapat itu merupakan pandangan pribadi Hu dan bahwa kebijakan Beijing tentang pengendalian senjata nuklir masih konsisten.

Perlu diketahui, China memiliki buku putih pertahanan yang di dalamnya memuat janjinya untuk tidak menggunakan atau mengancam untuk menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara non-senjata nuklir atau zona bebas senjata nuklir tanpa syarat. Dalam buku itu juga dijelaskan bahwa China tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara lain dan menjaga kemampuan nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional.

"China selalu mengikuti prinsip 'tidak menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir'. Kami menerapkan kebijakan yang sangat bertanggung jawab dan terkendali," kata Hua pada konferensi pers di Beijing.

Hua tidak mengomentari hulu ledak nuklir China, tetapi mengatakan negara dengan persenjataan terbesar harus "semakin mengurangi stoknya secara drastis".

China saat ini merupakan salah satu dari lima kekuatan nuklir yang diakui di bawah Perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir. Senjata nuklirnya diyakini sebanding dengan Inggris dan Prancis, dengan sekitar 200 hingga 300 hulu ledak.

Sebaliknya, AS dan Rusia masing-masing memiliki puluhan ribu senjata nuklir pada puncak Perang Dingin, tetapi gudang senjata mereka dalam beberapa tahun terakhir telah berkurang menjadi sekitar 4.000 hulu ledak masing-masing. Sebelumnya pada tahun 2017 AS telah menyebut China sebagai saingan strategisnya.

[Gambas:Video CNBC]


(res) Next Article China Sebut-sebut Senjata Nuklir Asia Tenggara, Ada Apa Nih?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular