Internasional

Jumlah Senjata Nuklir Dunia Meroket, Perang di Depan Mata?

luc, CNBC Indonesia
14 June 2022 15:40
Produk 202
Foto: Produk 202 "Tsar Bomba". SCREENSHOT SPUTNIK

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang nuklir menjadi ancaman serius bagi dunia seiring dengan terus meningkatnya kemampuan sejumlah negara dalam mengembangkan senjata tersebut.

Hal itu terungkap dari penelitian terbaru Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI).

Persenjataan nuklir global diperkirakan akan tumbuh di tahun-tahun mendatang untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin. Risiko penggunaannya pun jadi yang terbesar dalam beberapa dekade.

Pasalnya, serangan Rusia ke Ukraina dan dukungan Barat untuk Kyiv telah meningkatkan ketegangan di antara sembilan negara bersenjata nuklir di dunia.

Sementara jumlah senjata nuklir turun sedikit antara Januari 2021 dan Januari 2022, SIPRI mengatakan bahwa kecuali tindakan segera diambil oleh kekuatan nuklir, persediaan hulu ledak global dapat segera mulai meningkat untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

"Semua negara bersenjata nuklir meningkatkan atau meningkatkan persenjataan mereka dan sebagian besar mempertajam retorika nuklir dan peran senjata nuklir dalam strategi militer mereka," tutur Wilfred Wan, Direktur Program Senjata Pemusnah Massal SIPRI, seperti dilansir Reuters, dikutip Selasa (14/6/2022).

"Ini adalah tren yang sangat mengkhawatirkan," imbuhnya.

Adapun, tiga hari setelah serangan Moskow ke Ukraina, yang disebut Kremlin sebagai "operasi militer khusus", Presiden Vladimir Putin menempatkan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi.

Dia juga telah memperingatkan konsekuensi yang akan "seperti yang belum pernah Anda lihat sepanjang sejarah Anda" untuk negara-negara yang menghalangi jalan Rusia.

Perlu diketahui, Rusia memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dengan total 5.977 hulu ledak, sekitar 550 lebih banyak dari Amerika Serikat.

Secara total, kedua negara memiliki lebih dari 90% hulu ledak dunia, meskipun SIPRI mengatakan China berada di tengah ekspansi dengan perkiraan lebih dari 300 silo rudal baru.

SIPRI mengatakan jumlah global hulu ledak nuklir turun menjadi 12.705 pada Januari 2022 dari 13.080 pada Januari 2021. Diperkirakan 3.732 hulu ledak dikerahkan dengan rudal dan pesawat, dan sekitar 2.000, hampir semuanya milik Rusia atau Amerika Serikat, disimpan dalam status kesiapan yang tinggi.

"Hubungan antara kekuatan besar dunia semakin memburuk pada saat umat manusia dan planet ini menghadapi serangkaian tantangan bersama yang mendalam dan mendesak yang hanya dapat diatasi dengan kerja sama internasional," kata ketua dewan SIPRI dan mantan Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven.

Secara rinci laporan SIPRI tersebut mengungkapkan ada 9 negara memiliki hulu ledak nuklir, yakni (diurutkan dari yang terbanyak) Rusia, AS, China, Prancis, Inggris, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengeluaran Nuklir 9 Negara Membengkak, Siapa Juaranya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular