
PHK Massal Buyer Adidas Tambah Banten 'Juara' Pengangguran
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
06 May 2020 14:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Banten mencatatkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) terbanyak dibanding semua provinsi dengan angka 8,01%. Nilai tersebut lebih besar dibanding Jawa Barat sebesar 7,69%. TPT dihitung berdasarkan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja
Tingkat pengangguran Banten ini meningkat tipis 0,48% dibandingkan dengan Februari 2019 yang tercatat 7,58%. Dibandingkan dengan Februari 2018 yang tercatat 7,77% juga mengalami peningkatan jumlah pengangguran.
Angka tersebut berpotensi kembali naik setelah banyaknya pabrik di Banten yang pindah ke wilayah lain, semisal yang paling mencuri perhatian adalah industri alas kaki. Kabar ini sudah tersiar sejak 2019 lalu, saat itu ada 25 pabrik alas kaki pindah dari Banten dan Jabar ke Jateng.
Salah satu pabrik di Tangerang, Banten yakni PT Shyang Yao Fung mulai merealisasikan relokasi pabrik pada tahun ini. Produsen sepatu yang salah satu buyer atau pembelinya adalah merek sepatu Adidas ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 2.500 karyawannya. Pabrik tersebut akan pindah Brebes, Jawa Tengah.
"Saya tekankan, PT Shyang Yao Fung pindah bukan karena COVID-19. Namun memang strategi perusahaan yang sudah memiliki rencana sejak beberapa tahun lalu untuk pindah dan membuka perusahaan lebih besar," kata Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko kepada CNBC Indonesia, Rabu (6/5).
Pabrik tersebut menjadi satu dari 22 pabrik di Indonesia yang dipercaya brand sepatu kenamaan dunia seperti Adidas dan Nike. Di tempat baru, mereka akan melanjutkan aktivitas produksinya dengan kapasitas lebih besar.
Keputusan PHK massal ini dituangkan secara resmi melalui surat yang disampaikan kepada sejumlah serikat buruh bernomor SYF20-002 tertanggal 28 April 2020.
Para buruh akan terkena PHK sesuai jadwal yang telah ditentukan. Perusahaan membaginya menjadi dua sesi proses PHK.
"Dimana pada tahap pertama tanggal 13 Mei 2020 akan dilaksanakan PHK terhadap sekitar 1800 karyawan, dan tahap kedua yaitu tanggal 20 Mei 2020 atas semua karyawan yang tersisa," tulis perusahaan dalam pengumuman kepada pekerja.
Faktor upah murah menjadi alasan kuat banyaknya pabrik sepatu yang relokasi dari Banten dan Jawa Barat ke wilayah Jawa Tengah. Hal ini juga sempat diakui oleh pejabat di lingkungan Pemprov Banten.
Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten Deden Indrawan, pada akhir 2019 lalu saat ramai terjadinya relokasi pabrik alas kaki, mengaku penyebabnya memang karena persoalan upah yang tinggi di Banten. Apalagi saat ini Banten lebih banyak penanaman modal asing (PMA) terutama di industri padat modal antara lain kimia dan sebagainya. Untuk industri padat karya seperti alas kaki akan sulit bertahan di Banten.
"Di Banten memang lebih banyak industri padat modal PMA. Padat karya selain alas kaki ada tekstil dan garmen, dari investor lokal," kata Deden beberapa waktu lalu.
(hoi/hoi) Next Article Urusan Pengangguran: Banten Terbanyak, Jabar Peringkat 2
Tingkat pengangguran Banten ini meningkat tipis 0,48% dibandingkan dengan Februari 2019 yang tercatat 7,58%. Dibandingkan dengan Februari 2018 yang tercatat 7,77% juga mengalami peningkatan jumlah pengangguran.
Angka tersebut berpotensi kembali naik setelah banyaknya pabrik di Banten yang pindah ke wilayah lain, semisal yang paling mencuri perhatian adalah industri alas kaki. Kabar ini sudah tersiar sejak 2019 lalu, saat itu ada 25 pabrik alas kaki pindah dari Banten dan Jabar ke Jateng.
Salah satu pabrik di Tangerang, Banten yakni PT Shyang Yao Fung mulai merealisasikan relokasi pabrik pada tahun ini. Produsen sepatu yang salah satu buyer atau pembelinya adalah merek sepatu Adidas ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 2.500 karyawannya. Pabrik tersebut akan pindah Brebes, Jawa Tengah.
"Saya tekankan, PT Shyang Yao Fung pindah bukan karena COVID-19. Namun memang strategi perusahaan yang sudah memiliki rencana sejak beberapa tahun lalu untuk pindah dan membuka perusahaan lebih besar," kata Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko kepada CNBC Indonesia, Rabu (6/5).
Pabrik tersebut menjadi satu dari 22 pabrik di Indonesia yang dipercaya brand sepatu kenamaan dunia seperti Adidas dan Nike. Di tempat baru, mereka akan melanjutkan aktivitas produksinya dengan kapasitas lebih besar.
Keputusan PHK massal ini dituangkan secara resmi melalui surat yang disampaikan kepada sejumlah serikat buruh bernomor SYF20-002 tertanggal 28 April 2020.
Para buruh akan terkena PHK sesuai jadwal yang telah ditentukan. Perusahaan membaginya menjadi dua sesi proses PHK.
"Dimana pada tahap pertama tanggal 13 Mei 2020 akan dilaksanakan PHK terhadap sekitar 1800 karyawan, dan tahap kedua yaitu tanggal 20 Mei 2020 atas semua karyawan yang tersisa," tulis perusahaan dalam pengumuman kepada pekerja.
Faktor upah murah menjadi alasan kuat banyaknya pabrik sepatu yang relokasi dari Banten dan Jawa Barat ke wilayah Jawa Tengah. Hal ini juga sempat diakui oleh pejabat di lingkungan Pemprov Banten.
Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten Deden Indrawan, pada akhir 2019 lalu saat ramai terjadinya relokasi pabrik alas kaki, mengaku penyebabnya memang karena persoalan upah yang tinggi di Banten. Apalagi saat ini Banten lebih banyak penanaman modal asing (PMA) terutama di industri padat modal antara lain kimia dan sebagainya. Untuk industri padat karya seperti alas kaki akan sulit bertahan di Banten.
"Di Banten memang lebih banyak industri padat modal PMA. Padat karya selain alas kaki ada tekstil dan garmen, dari investor lokal," kata Deden beberapa waktu lalu.
(hoi/hoi) Next Article Urusan Pengangguran: Banten Terbanyak, Jabar Peringkat 2
Most Popular