
Sri Mulyani: Konsumsi Rumah Tangga di Q2 Bakal Lebih Parah
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
06 May 2020 13:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan konsumsi rumah tangga sepanjang triwulan I-2020 hanya tumbuh 2,84%. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan triwulan I-2019 yang mencapai 5,02%.
Berbicara dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5/2020), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan meneliti perihal realisasi yang dilaporkan BPS. Sebab, Kemenkeu mengasumsikan konsumsi rumah tangga masih bisa tumbuh di atas 4,0%.
"Ternyata kalau dari sisi transportasi sama sekali langsung drop. Itu dominonya kepada permintaan-permintaan lain. Walaupun itu hanya bulan Maret namun ternyata sangat dalam pengaruhnya," ujarnya.
Oleh karena itu, Sri Mulyani bilang pemerintah akan mengantisipasi penurunan lebih dalam terhadap konsumsi rumah tangga. Apalagi, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk penanganan Covid-19 semakin meluas ke berbagai daerah.
"Yang kemarin itu masih di Jabodetabek atau Jakarta, itu saja sudah turun, konsumsi langsung 2,84%. Itu jauh di bawah yang kita perkirakan awal. Jadi kalau orang di rumah hanya makan saja, tidak keluar rumah, tidak keluar transportasi dan tidak membeli segala macam, ya akan begitu," kata Sri Mulyani.
"Jadi kalau dibandingkan tahun lalu, konsumsi itu Rp 9.000 triliun lebih, kalau Jabodetabek, Jawa 55%, kita bicara lebih dari Rp 5.000 triliun. Kalau sekarang Rp 5.000 triliun hanya di rumah, saya rasa gak akan konsumsi Rp 5.000 triliun. Dampaknya berat banget, di growth akan dalam di kuartal kedua. Makanya tadi Presiden fokusnya ke situ, bagaimana mengurangi dampak," lanjut eks direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Secara keseluruhan, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2020 2,97%. Meskipun demikian, Presiden Joko Widodo menilai angka itu masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara di dunia.
(miq/miq) Next Article BI Pangkas Proyeksi PDB RI, Sri Mulyani: Kami Masih 4,5-5,3%
Berbicara dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5/2020), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan meneliti perihal realisasi yang dilaporkan BPS. Sebab, Kemenkeu mengasumsikan konsumsi rumah tangga masih bisa tumbuh di atas 4,0%.
"Ternyata kalau dari sisi transportasi sama sekali langsung drop. Itu dominonya kepada permintaan-permintaan lain. Walaupun itu hanya bulan Maret namun ternyata sangat dalam pengaruhnya," ujarnya.
"Yang kemarin itu masih di Jabodetabek atau Jakarta, itu saja sudah turun, konsumsi langsung 2,84%. Itu jauh di bawah yang kita perkirakan awal. Jadi kalau orang di rumah hanya makan saja, tidak keluar rumah, tidak keluar transportasi dan tidak membeli segala macam, ya akan begitu," kata Sri Mulyani.
"Jadi kalau dibandingkan tahun lalu, konsumsi itu Rp 9.000 triliun lebih, kalau Jabodetabek, Jawa 55%, kita bicara lebih dari Rp 5.000 triliun. Kalau sekarang Rp 5.000 triliun hanya di rumah, saya rasa gak akan konsumsi Rp 5.000 triliun. Dampaknya berat banget, di growth akan dalam di kuartal kedua. Makanya tadi Presiden fokusnya ke situ, bagaimana mengurangi dampak," lanjut eks direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Secara keseluruhan, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2020 2,97%. Meskipun demikian, Presiden Joko Widodo menilai angka itu masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara di dunia.
(miq/miq) Next Article BI Pangkas Proyeksi PDB RI, Sri Mulyani: Kami Masih 4,5-5,3%
Most Popular