Penyebaran Corona di Asia Lebih Lambat Ketimbang AS & Eropa

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 May 2020 10:52
Nurse Cristina Settembrese fixes two masks to her face during her work shift in the COVID-19 ward at the San Paolo hospital in Milan, Italy, April 10, 2020. Settembrese spends her days caring for COVID-19 patients in a hospital ward, and when she goes home, her personal isolation begins by her own choice. (AP Photo/Luca Bruno)
Foto: Perawat Cristina Settembrese memperbaiki masker di wajahnya selama shift kerjanya di bangsal COVID-19 di rumah sakit San Paolo di Milan, Italia. (AP Photo / Luca Bruno)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus penyebaran virus corona (COVID-19) di wilayah Asia naik seperempat juta pada Selasa (5/5/2020), dengan bertambahnya kasus di Singapura, Pakistan, dan India. Sementara China, Korea Selatan, dan Jepang secara signifikan memperlambat angka penyebaran penyakit.

Walaupun begitu, penyebaran di wilayah Asia jauh lebih baik daripada Amerika Utara dan Eropa. Asia membutuhkan setidaknya empat bulan untuk mencapai angka 250.000 kasus terjangkit. Sedangkan, Spanyol memerlukan dua bulan untuk mencapai angka yang sama.

Dengan angka segitu, Asia kini hanya menyumbang 7% dari kasus global, dibandingkan dengan 40% untuk Eropa dan 34% untuk Amerika Utara. Namun tidak menutup kekhawatiran bahwa ada kasus infeksi yang belum dilaporkan dari setiap negara.

Infeksi dapat menyebabkan hanya gejala ringan dan tidak semua orang dengan gejala diuji, sementara sebagian besar negara hanya mencatat kematian di rumah sakit, yang berarti kematian di rumah-rumah pribadi dan panti jompo belum dimasukkan.



Jumlah korban tewas di sebagian negara di Asia juga menurun secara signifikan, mewakili hanya 4% dari kematian global. Sedangkan wilayah Eropa menyumbang 57% dan Amerika Utara sebesar 29% kematian global.

Sebagai perbandingan, Spanyol, Italia, Inggris, dan Prancis masing-masing mencatat lebih dari 25.000 kematian. Amerika Serikat memimpin angka dengan 70.000 kematian.

Aturan penguncian (lockdown) dan jaga jarak yang ketat selama berminggu-minggu di China dan Korea Selatan terbukti sukses dalam menurunkan angka penyebaran.

Peter Collignon, seorang dokter penyakit menular dan ahli mikrobiologi di Rumah Sakit Canberra mengatakan, Korsel saat ini adalah negara dengan data andal yang paling berhasil berasal dari penyebaran virus.

"Korea Selatan terus mempertahankan jumlah kasus baru tanpa melumpuhkan perekonomian," kata Collignon, dikutip dari Reuters.

Sedangkan China melaporkan hanya ada 1 atau 2 kasus baru selama sepekan terakhir, mempertahankan kasus terjangkit di bawah angka 83.000. Lalu di Jepang, yang aturan pengunciannya tidak seketat negara lain, hanya melaporkan rata-rata 200 kasus per hari selama seminggu terakhir, dengan total di bawah angka 16.000.

India yang memiliki penduduk 1,3 miliar orang telah mencatat lebih dari 46.000 kasus dan 1.500 kematian dikonfirmasi, dengan lebih dari 2.000 kasus baru selama beberapa hari terakhir.

Singapura kini memiliki total 19.410 infeksi dan terus mencatat 500-800 kasus baru setiap hari, sebagian besar disebabkan oleh wabah massal di asrama pekerja migran. Namun Singapura hanya memiliki 18 kematian sejauh ini, dan mulai membuka kembali ekonomi pada minggu ini.

Wilayah Oceana terdekat seperti Australia, Selandia Baru, dan Pulau Pasifik hanya menyumbang kurang dari 1% dari kasus global.

Secara global kini sudah ada 212 negara dan teritorial yang terjangkit, dengan 3.727.301 kasus terjangkit, 258.326 kasus kematian, dan 1.241.931 kasus berhasil sembuh per Rabu (6/5/2020) menurut data dari Worldometers.

[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular