
Covid-19
Saat Pemerintah Cari Cara Agar 'Burung Besi' RI Mengudara
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
06 May 2020 04:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sedang menyiapkan aturan turunan dan teknis dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2020. Isinya akan mengatur penyediaan transportasi untuk layanan perjalanan, jika memang diperlukan atau dalam kondisi mendesak.
Penyediaan itu berlaku di semua moda transportasi baik darat, laut, udara dan kereta api untuk bepergian masyarakat dengan kebutuhan yang penting dan mendesak. Akan tetapi, hal itu harus dilaksanakan sesuai dengan tata cara physical distancing yang telah diatur dalam Permenhub Nomor PM 18/2020.
Langkah itu direspons positif pelaku usaha maskapai penerbangan. PT Garuda Indonesia Tbk misalnya mengaku siap mendukung berlangsungnya aturan turunan tersebut.
"Dapat kami pastikan bahwa dari aspek kesiapan operasional, kami sudah sangat siap jika memang kebijakan tersebut akan diterapkan," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam keterangannya yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (4/5/2020).
Dia menegaskan, Garuda sepenuhnya menyadari bahwa di tengah berlangsungnya pandemi ini terdapat banyak aktivitas menyangkut kepentingan publik yang harus tetap berjalan. Aktivitas tersebut, dia melanjutkan, tentu membutuhkan akses layanan transportasi udara.
"Untuk itu kesiapan kami dalam pengoperasian layanan penerbangan tersebut kami upayakan dapat menjadi langkah berkesinambungan bersama pemerintah dalam memastikan kepentingan publik tersebut dapat terpenuhi dengan baik," bebernya.
Sejalan dengan itu, Garuda Indonesia akan mendukung penuh upaya pemenuhan kebutuhan perjalanan dalam kepentingan publik dan mendesak. Terutama yang berhubungan dengan kepentingan pergerakan perekonomian nasional di tengah upaya penanganan pandemi ini.
Direktur Utama Air Asia Indonesia, Veranita Yosephine Sinaga, menyebut, bakal membuka 2 rute terlebih dahulu ketika maskapai itu mulai 'keluar kandang' lagi.
"Jadi kita lihat bahwa kita akan mulai mengaktifkan kembali penerbangan berjadwal Air Asia itu pada tanggal 18 Mei. Dimulai dari rute internasional dulu," ujarnya dalam media briefing yang berlangsung secara virtual, Senin (4/5/2020).
Dua rute yang dibuka seluruhnya dari Indonesia menuju Malaysia dan sebaliknya. Secara detail, dia menyebut keduanya adalah rute Kuala lumpur-Surabaya dan Johor Baru-Surabaya.
Veranita mengaku punya alasan tersendiri lebih dulu membuka rute internasional ketimbang domestik. Pertimbangan utama adalah mengenai kebijakan dari pemerintah.
"Kenapa internasional, karena kita melihat bahwa domestik kita masih mengacu pada arahan Pemerintah saat ini. Nanti kalau arahannya berubah lagi nanti tentunya kita akan koordinasi," urai ibu dua anak ini.
Di sisi lain, dia menilai bahwa kondisi penyebaran wabah virus corona di Malaysia sudah menunjukkan tren menurun. Kendati begitu, pembukaan rute ini tetap dievaluasi secara berkala.
"Kalaupun kita beroperasi selalu maksimalkan perlindungan kesehatan yang berlaku," imbuhnya.
Pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati, menyebut, beroperasinya maskapai membuka peluang meraup untung, seiring dengan terbitnya aturan kenaikan tarif batas atas (TBA) yang ditetapkan oleh Kemenhub.
"Saya tahu policy tarif dinaikkan itu ujung-ujungnya mau menolong maskapai untuk recovery, ini kan juga mau Lebaran," kata Arista ketika berbincang dengan CNBC Indonesia, Selasa (5/5/2020).
Kendati demikian, recovery itu hanya bisa tercapai jika sejumlah syarat terpenuhi berdasarkan situasi saat ini. Apalagi, penerapan status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah membuat kapasitas kursi per penerbangan terpangkas 50%.
"Itu kan maksimal 50% dari kapasitas karena ada physical distancing di dalam pesawat. Itu kalau dia bisa load factor pulang-pergi 80% saja, dengan tarif dinaikkan sangat tinggi ya itu memang bisa ada profit," ujarnya.
Dia menjelaskan, perlu juga ada kebijakan pembelian tiket pesawat dalam bentuk paket pulang-pergi. Terlebih, layanan penerbangan ini dibuka bukan dalam rangka mudik, melainkan untuk mengakomodasi kebutuhan yang sifatnya penting dan mendesak.
Arista bilang, biasanya dalam momentum mudik Lebaran ada situasi empty leg yang dihadapi maskapai. Artinya, pesawat hanya terisi penuh ketika perjalanan berangkat, tetapi kosong ketika kembali.
"Nah sekarang dipaksa biar harus penumpang beli tiket pulang pergi. Kalau dulu kan enggak, kalau dulu ada namanya empty leg. Jadi 2 minggu sebelum Lebaran, ramai orang pulang ke Jawa untuk mudik, tapi orang balik ke Jakarta sepi," katanya.
Jika sejumlah kondisi itu tak tercapai, maka upaya recovery maskapai akan sia-sia.
"Kalau dia cuma sekali jalan, tetap saja rugi karena ada empty leg-nya. Nah yang berat itu kan empty leg itu. Kalau misalnya pulang pergi dengan tarif mahal, meskipun dia hanya bisa isi separuhnya karena physical distancing di pesawat, separuhnya 80% itu masih masuk profit," ujarnya.
Sementara, maskapai penerbangan Lion Air (JT), Wings Air (IW), Batik Air (ID) yang masuk dalam Grup Lion Air mengumumkan penundaan operasional exemption flight (terbang dengan perizinan khusus) yang seharusnya dilakukan pada Minggu 3 Mei batal hingga pemberitahuan selanjutnya.
Sebelumnya Lion Air Group berencana kembali beroperasi melayani rute domestik pada 3 Mei 2020.
"Penyesuaian yang dimaksud yakni penundaan operasional exemption flight Lion Air Group hingga pemberitahuan selanjutnya (until further notice/ UFN)," tegas Corporate Communications Strategic Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, dalam keterangan resmi, Sabtu (2/5/2020).
(miq/miq) Next Article Semua Moda Transportasi Batal Dibuka Lagi Pak Menhub?
Penyediaan itu berlaku di semua moda transportasi baik darat, laut, udara dan kereta api untuk bepergian masyarakat dengan kebutuhan yang penting dan mendesak. Akan tetapi, hal itu harus dilaksanakan sesuai dengan tata cara physical distancing yang telah diatur dalam Permenhub Nomor PM 18/2020.
Langkah itu direspons positif pelaku usaha maskapai penerbangan. PT Garuda Indonesia Tbk misalnya mengaku siap mendukung berlangsungnya aturan turunan tersebut.
![]() Airbus A330-900 Garuda Indonesia (Airbus) |
Dia menegaskan, Garuda sepenuhnya menyadari bahwa di tengah berlangsungnya pandemi ini terdapat banyak aktivitas menyangkut kepentingan publik yang harus tetap berjalan. Aktivitas tersebut, dia melanjutkan, tentu membutuhkan akses layanan transportasi udara.
"Untuk itu kesiapan kami dalam pengoperasian layanan penerbangan tersebut kami upayakan dapat menjadi langkah berkesinambungan bersama pemerintah dalam memastikan kepentingan publik tersebut dapat terpenuhi dengan baik," bebernya.
Sejalan dengan itu, Garuda Indonesia akan mendukung penuh upaya pemenuhan kebutuhan perjalanan dalam kepentingan publik dan mendesak. Terutama yang berhubungan dengan kepentingan pergerakan perekonomian nasional di tengah upaya penanganan pandemi ini.
Direktur Utama Air Asia Indonesia, Veranita Yosephine Sinaga, menyebut, bakal membuka 2 rute terlebih dahulu ketika maskapai itu mulai 'keluar kandang' lagi.
"Jadi kita lihat bahwa kita akan mulai mengaktifkan kembali penerbangan berjadwal Air Asia itu pada tanggal 18 Mei. Dimulai dari rute internasional dulu," ujarnya dalam media briefing yang berlangsung secara virtual, Senin (4/5/2020).
Dua rute yang dibuka seluruhnya dari Indonesia menuju Malaysia dan sebaliknya. Secara detail, dia menyebut keduanya adalah rute Kuala lumpur-Surabaya dan Johor Baru-Surabaya.
Veranita mengaku punya alasan tersendiri lebih dulu membuka rute internasional ketimbang domestik. Pertimbangan utama adalah mengenai kebijakan dari pemerintah.
"Kenapa internasional, karena kita melihat bahwa domestik kita masih mengacu pada arahan Pemerintah saat ini. Nanti kalau arahannya berubah lagi nanti tentunya kita akan koordinasi," urai ibu dua anak ini.
Di sisi lain, dia menilai bahwa kondisi penyebaran wabah virus corona di Malaysia sudah menunjukkan tren menurun. Kendati begitu, pembukaan rute ini tetap dievaluasi secara berkala.
"Kalaupun kita beroperasi selalu maksimalkan perlindungan kesehatan yang berlaku," imbuhnya.
Pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati, menyebut, beroperasinya maskapai membuka peluang meraup untung, seiring dengan terbitnya aturan kenaikan tarif batas atas (TBA) yang ditetapkan oleh Kemenhub.
"Saya tahu policy tarif dinaikkan itu ujung-ujungnya mau menolong maskapai untuk recovery, ini kan juga mau Lebaran," kata Arista ketika berbincang dengan CNBC Indonesia, Selasa (5/5/2020).
Kendati demikian, recovery itu hanya bisa tercapai jika sejumlah syarat terpenuhi berdasarkan situasi saat ini. Apalagi, penerapan status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah membuat kapasitas kursi per penerbangan terpangkas 50%.
"Itu kan maksimal 50% dari kapasitas karena ada physical distancing di dalam pesawat. Itu kalau dia bisa load factor pulang-pergi 80% saja, dengan tarif dinaikkan sangat tinggi ya itu memang bisa ada profit," ujarnya.
Dia menjelaskan, perlu juga ada kebijakan pembelian tiket pesawat dalam bentuk paket pulang-pergi. Terlebih, layanan penerbangan ini dibuka bukan dalam rangka mudik, melainkan untuk mengakomodasi kebutuhan yang sifatnya penting dan mendesak.
Arista bilang, biasanya dalam momentum mudik Lebaran ada situasi empty leg yang dihadapi maskapai. Artinya, pesawat hanya terisi penuh ketika perjalanan berangkat, tetapi kosong ketika kembali.
"Nah sekarang dipaksa biar harus penumpang beli tiket pulang pergi. Kalau dulu kan enggak, kalau dulu ada namanya empty leg. Jadi 2 minggu sebelum Lebaran, ramai orang pulang ke Jawa untuk mudik, tapi orang balik ke Jakarta sepi," katanya.
Jika sejumlah kondisi itu tak tercapai, maka upaya recovery maskapai akan sia-sia.
"Kalau dia cuma sekali jalan, tetap saja rugi karena ada empty leg-nya. Nah yang berat itu kan empty leg itu. Kalau misalnya pulang pergi dengan tarif mahal, meskipun dia hanya bisa isi separuhnya karena physical distancing di pesawat, separuhnya 80% itu masih masuk profit," ujarnya.
Sementara, maskapai penerbangan Lion Air (JT), Wings Air (IW), Batik Air (ID) yang masuk dalam Grup Lion Air mengumumkan penundaan operasional exemption flight (terbang dengan perizinan khusus) yang seharusnya dilakukan pada Minggu 3 Mei batal hingga pemberitahuan selanjutnya.
Sebelumnya Lion Air Group berencana kembali beroperasi melayani rute domestik pada 3 Mei 2020.
"Penyesuaian yang dimaksud yakni penundaan operasional exemption flight Lion Air Group hingga pemberitahuan selanjutnya (until further notice/ UFN)," tegas Corporate Communications Strategic Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, dalam keterangan resmi, Sabtu (2/5/2020).
(miq/miq) Next Article Semua Moda Transportasi Batal Dibuka Lagi Pak Menhub?
Most Popular