Kargo Udara Macet, Peti Kemas via Kapal Laut Justru Melonjak

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
04 May 2020 10:32
Aktifitas Peti Kemas di Daerah Priok. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktifitas Peti Kemas di Daerah Priok. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengiriman kargo melalui udara sempat macet beberapa waktu terakhir. Hal ini tampaknya berbanding terbalik dengan yang terjadi pada lalu lintas logistik melalui kapal laut.

Kondisi ini tercermin dari arus logistik melalui pelabuhan atau terminal di bawah pengelolaan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)/Pelindo III. Sejauh ini, kondisinya masih berjalan lancar sesuai target, bahkan ada kecenderungan naik jika dibandingkan dengan kinerja sebelumnya.

Sebagai operator pelabuhan yang mengoperasikan 43 terminal/pelabuhan, arus peti kemas (kontainer) Pelindo III secara keseluruhan hingga April 2020 naik tipis 1%. Kenaikan itu setara dengan 1,6 juta Twenty foot Equivalent Units (TEUs) jika dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama Pelindo III Doso Agung mengatakan, hingga April 2020 Pelindo III mencatat kenaikan kinerja khususnya pada arus kapal dan peti kemas. Ia menjabarkan lebih lanjut pada arus kapal terjadi peningkatan sebanyak 3% yaitu 94,7 juta GT (gross tonnage).

"Terjaganya kinerja positif jasa kepelabuhanan ini berkat komitmen Pelindo III bersama para pengusaha dalam upaya menjaga logistik," ujar Doso dalam keterangan resmi, dikutip Senin (4/5/20).

Ia menjelaskan, pertumbuhan tersebut terjadi karena beberapa jurus relaksasi dan stimulus yang diberikan Pelindo III kepada pelaku logistik. Relaksasi ini digeber agar logistik lebih bergairah untuk menggenjot kegiatan ekspor impor dan domestik.

"Di sisi lain, Pelindo III juga terus menjaga layanan operasional dengan tetap beroperasi selama 24 jam dalam 7 hari (24/7) sebagai komitmen menjaga kelancaran logistik Indonesia sehingga pelayanan aktivitas kepelabuhanan tetap terlayani dengan baik," tegas Doso

Dalam upaya memerangi penyebaran Covid-19 di kawasan pelabuhan, Pelindo III bersama Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) telah menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) sesuai protokol kesehatan khusus bagi kapal yang akan masuk ke kawasan pelabuhan dengan pengecekan kesehatan seluruh ABK secara langsung di atas kapal (on board) sebelum masuk ke alur menuju pelabuhan. 

"Hingga saat ini, kami bersama KKP [Kementerian Kelautan dan Perikanan] telah bekerjasama dalam penanganan Covid-19 di pelabuhan secara ketat dan semua dapat berjalan lancar. Apabila ditemukan ABK yang terindikasi Covid-19, maka kapal tersebut akan ditempatkan di areal labuh dan mengikuti protokol kesehatan penanganan Covid-19," lanjut Doso.

Selain di area operasional, upaya pencegahan juga dilakukan di kantor Pelindo III dengan pemeriksaan suhu badan, mewajibkan setiap pekerja dan tamu menggunakan masker, penerapan physical distancing hingga penyediaan hand sanitizer dan minuman multivitamin bagi seluruh pegawai yang beraktivitas.

Pihaknya juga mewajibkan seluruh pegawai operasional menggunakan masker dalam beraktivitas guna mengurangi risiko penyebaran Covid-19.

"Dengan upaya tersebut, diharapkan kekuatan SDM dalam mengoperasikan pelabuhan/terminal dapat terjaga dan kegiatan kepelabuhanan bisa tetap dijalankan 24/7 non-stop sehingga tidak mengganggu pasokan logistik," tutupnya.

Kargo udara
Sebelumnya, penghentian layanan penerbangan sempat berdampak pada penumpukan ratusan ton kargo di bandara. Distribusi logistik melalui angkutan udara terhambat, sejak adanya penghentian operasional sejumlah penerbangan.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita, menjelaskan, penumpukan sudah terjadi sejak 2 pekan lalu, termasuk di Bandara Soekarno-Hatta.

Dia mengaku, kapasitas pengangkut kargo udara memang menurun hingga 80% seiring penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah.

"Penghentian penerbangan komersial untuk penumpang akhirnya berdampak pada kargo udara, karena selama ini kargo udara 98% memakai pesawat komersial yang mengangkut penumpang juga," kata Zaldy ketika berbincang dengan CNBC Indonesia, Kamis (30/4/20).

Ironisnya kondisi ini terjadi justru ketika pemerintah gencar menyerukan agar angkutan logistik tak terganggu. Nyatanya, sejumlah komoditas yang selama ini mengandalkan angkutan udara malah menumpuk di sejumlah bandara.

"Mayoritas barang yang lewat kargo udara adalah bahan makanan, alat kesehatan, dan spareparts," imbuhnya.

Beruntung kondisi tersebut tak berlarut-larut. Saat ini, sejumlah maskapai sudah kembali menambah armada untuk mengangkut barang-barang yang menumpuk.

A man sits an empty arrival gate at Soekarno-Hatta International Airport in Tangerang, Indonesia, Indonesia on Friday, April 24, 2020. Indonesia is suspending passenger flights and rail service as it restricts people in the world's most populous Muslim nation from traveling to their hometowns during the Islamic holy month of Ramadan because of the coronavirus outbreak.(AP Photo/Tatan Syuflana)Foto: Suasana Bandara Internasional Soekarno Hatta, Soetta (AP/Tatan Syuflana)
A man sits an empty arrival gate at Soekarno-Hatta International Airport in Tangerang, Indonesia, Indonesia on Friday, April 24, 2020. Indonesia is suspending passenger flights and rail service as it restricts people in the world's most populous Muslim nation from traveling to their hometowns during the Islamic holy month of Ramadan because of the coronavirus outbreak.(AP Photo/Tatan Syuflana)
"Penumpukan terjadi sejak 2 minggu di bandara-bandara transit karena banyaknya pesawat yang cancel. Mulai kemarin sudah mulai terurai dengan mulainya pesawat kargo yang dioperasikan oleh Garuda dan Citilink," katanya.

Kondisi ini juga membuat ongkos yang harus dikeluarkan pemilik barang membengkak. Persentase pembengkakan biaya beragam, tergantung pada lamanya barang itu menginap di bandara. Meski tak bisa menyebutkan rincian pembengkakan, yang jelas, ada biaya tambahan untuk membayar ongkos gudang.

"Susah [menghitung], karena banyak barang yang kita tarik kembali dari bandara untuk menghemat biaya," ujarnya.

Dengan adanya penumpukan di bandara itu, memang banyak pemilik barang yang akhirnya memilih menarik kembali barangnya.

"Penumpukan juga berkurang karena pemakai jasa kargo udara sudah mulai berhenti mengirimkan barang lewat udara untuk menghindari penumpukan berhari-hari yang sudah terjadi dari 2 minggu lalu, yang membuat biaya naik karena harus membayar ongkos gudang," bebernya.

Sebagai gantinya, pemilik barang memilih mengirimkan lewat jalur darat atau laut. Namun, menurutnya, tidak semua komoditas bisa dialihkan begitu saja.

"Kalau Jawa, Bali, masih bisa kita alihkan ke darat seperti kereta dan truk. Yang luar Jawa tidak semua kategori barang bisa beralih ke laut," urainya.


[Gambas:Video CNBC]





(tas/tas) Next Article Diam-Diam 'Kiamat' Kursi Pesawat Ancam Maskapai Penerbangan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular