Parah! Rupiah Kini di Atas Rp 15.000/US$ Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 May 2020 10:02
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (5/4/2020), hingga kembali ke atas Rp 15.000/US$. Memburuknya sentimen pelaku pasar akibat risiko terjadinya babak baru perang dagang AS-China serta data ekonomi dalam negeri yang menunjukkan pelambatan signifikan memberikan tekanan bagi rupiah.

Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara Rp 15.060/US$, rupiah merosot 1.59% di pasar spot, melansir data Refinitiv.  

Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat waktu setempat mengatakan bisa saja mengenakan bea masuk impor akibat cara penanganan virus corona yang dilakukan China sehingga menjadi pandemi global.

Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. "Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).



Selain itu, Trump juga menuduh virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi.

"Ya, ya saya lihat [bukti]," katanya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda [wartawan] soal ini."
Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari rontoknya bursa saham di hari Jumat, dan kemungkinan berpengaruh juga di awal pekan ini. Pasar keuangan Indonesia libur Hari Buruh pada Jumaty (1/5/2020) pekan lalu, sehingga baru akan merespon pada hari ini.

Sementara itu dari dalam negeri, IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.

Indeks dari Markit menggunakan angka 50 sebagai batas, di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atas berarti ekspansi. Data terbaru tersebut menunjukkan kontraksi sektor manufaktur Indonesia yang semakin dalam, akibatnya kinerja rupiah semakin terpuruk. Menurut Markit kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka memerangi Covid-19 menjadi penyebab kontraksi tersebut.

Selain itu, rupiah yang menguat tajam sepanjang bulan April memang menjadi rentan terkena aksi ambil untung (profit taking).

Sepanjang pekan lalu, rupiah perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS) membukukan penguatan 3,42% ke Rp 14.825/US$. Selain itu rupiah juga mencatat quattrick atau penguatan empat pekan beruntun. Bahkan mata uang Asia dan Eropa semua dilibas oleh Mata Uang Garuda.

Dengan quattrick tersebut, rupiah tentu saja juga menguat sepanjang bulan April. Tidak tanggung-tanggung, penguatan Mata Uang Garuda mencapai 9,05%, dan membukukan kinerja bulanan terbaik sejak Desember 2008, saat itu rupiah 9,21%.

Penguatan lebih dari 9% tersebut tentunya menggoda pelaku pasar untuk mencairkan cuan, atau malah membeli aksi beli terhadap dolar AS nilainya jauh lebih murah dibandingkan awal bulan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular