Analisis Teknikal

Harap Maklum Kalau Rupiah Melemah, Ini Alasannya

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 May 2020 08:47
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju impresif rupiah terancam terhenti pada perdagangan Senin (4/5/2020) akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah Presiden AS, Donald Trump kembali mengancam akan menaikkan bea impor dari China.

Sepanjang pekan lalu, rupiah perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS) membukukan penguatan 3,42% ke Rp 14.825/US$. Selain itu rupiah juga mencatat quattrick atau penguatan empat pekan beruntun. Bahkan mata uang Asia dan Eropa semua dilibas oleh Mata Uang Garuda.

Dengan quattrick tersebut, rupiah tentu saja juga menguat sepanjang bulan April. Tidak tanggung-tanggung, penguatan Mata Uang Garuda mencapai 9,05%, dan membukukan kinerja bulanan terbaik sejak Desember 2008, saat itu rupiah 9,21%.



Kabar obat remdesivir dari Gilead Sciences Inc. yang mampu mengobati pasien penyakit virus corona (Covid-19) membuat sentimen pelaku pasar membaik dan kembali masuk ke aset-aset berisiko, rupiah pun kembali berjaya. Ketika sentimen pelaku pasar sedang bagus, rupiah menjadi "mengerikan" bagi lawan-lawannya.

Kabar terbaru, Jumat lalu waktu AS Food and Drug Administration (FDA), mengijinkan penggunaan darurat remdesivir Gilead untuk mengobati pasien Covid-19. Presiden Trump mengumumkan langsung keputusan tersebut bersama CEO Gilead Daniel O'Day di Gedung Putih.

Dengan ijin dari FDA tersebut, dokter akan diizinkan menggunakan remdesivir untuk pengobatan pasien Covid-19 di rumah sakit. Kabar tersebut tentunya membuat harapan akan segara berakhirnya pandemi Covid-19 semakin membuncah.

Tetapi di sisi lain, sentimen pelaku pasar kembali dibuat murung akibat Presiden Trump mengatakan bisa saja mengenakan bea masuk impor akibat cara penanganan virus corona yang dilakukan China sehingga menjadi pandemi global.

Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. "Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).

Selain itu, Trump juga menuduh virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi.

"Ya, ya saya lihat [bukti]," katanya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda [wartawan] soal ini."
Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari rontoknya bursa saham di hari Jumat, dan kemungkinan berpengaruh juga di awal pekan ini. Pasar keuangan Indonesia libur Hari Buruh pada Jumaty (1/5/2020) pekan lalu, sehingga baru akan merespon pada hari ini.

Analisis Teknikal

Secara teknikal, Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi rupiah akan membukukan quattrick dan mencapai level Rp 15.000/US$ pada pekan lalu. Target tersebut tercapai bahkan jauh dilewati hingga US$ 14.825/US$.

Hal tersebut menunjukkan Rp 15.000/US$ menjadi level psikologis, begitu berhasil dijebol rupiah langsung melesat.

Meski demikian, rentetan panjang penguatan rupiah yang disimbolkan USD/IDR dengan persentase yang besar semakin mempertinggi resiko koreksi, dan kemungkinan cukup besar juga. Pelemahan rupiah, selama tidak terlalu besar bisa dikatakan sebagai koreksi "sehat" yang membuka peluang berlanjutnya penguatan ke depannya.  

Hal tersebut terindikasi dari indikator stochastic pada grafik harian yang berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv



Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.

Risiko pelemahan rupiah hari ini menuju level psikologis Rp 15.000/US$, jika ditembus pelemahan bisa semakin besar hingga ke Rp 15.160/US$.
Sementara jika mampu menguat, pergerakan rupiah masih akan terbatas di Rp 14.680/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular